Monday, October 9, 2017

CONTOH HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN SKRIPSI UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG JATI (UIN SGD) Bandung

⦁ Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalanyang merupakan salah satu sekolah dasar di Kecamatan Majalengka Kabupaten Pangandaran. Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalanberada di Dusun AndalanRT 02 RW 03, Desa Limusgede, Kecamatan Majalengka kabupaten pangandaran. Yayasan tersebut di naungi oleh yayasan pendidikan Miftahul Ulum Ciakar, dengan Akte notaris organisasi penyelenggara: 002/Tanggal 05 September 2016. Luas tanah MIS Andalan Majalengka1.560 m2 dengan status wakaf dan merupakan lokasi yang startegis untuk lingkungan pendidikan. MIS Andalan Majalengkamemiliki Nomor Statistik Madrasah (NSM) 111232180013 dan terakreditasi dengan predikat B.



Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) AndalanKecamatan Majalengka Kabupaten Pangandaran dilihat dari sarana fisiknya, madrasah (sekolah) ini cukup memadai untuk kelangsungan proses belajar mengajar, selain bangunan permanen, fasilitas siswanya pun cukup tersedia. Dalam rangka menyediakan tempat belajar bagi siswa secara optimal, MIS Andalan Majalengkamemiliki beberapa fasilitas. Berikut ini diantaranya fasilitas yang terdapat di MIS Andalan Majalengkauntuk mendukung pembelajaran berbasis multiple intelligences: ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, WC guru, WC siswa, printer dan lain-lain.
Penggunaan MI (Multiple Intelligence) sebagai pendekatan dalam pembelajaran mulai menjadi kebijakan umum yang digunakan pada seluruh kelas di MIS Andalan Majalengkadi mulai pada tahun 2016. Keterangan ini disampaikan langsung oleh kepala sekolah MIS Andalan Majalengkal. Ibu Atih pada saat proses wawancara tanggal 8 April 2017. Sejarah atau alasan yang melandasi pemakaian pembelajaran berbasis multiple intelligence adalah karena ketertarikan pada saat membaca buku karya munif chatib, serta melakukan diskusi dengan guru-guru.
Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalanmenetapkan 6 hari untuk jam kondusif belajar, yaitu pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Kegiatan dimulai pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 11.45. Namun, pada pukul 07.00  sampai dengan  pukul 08.00 terlebih dahulu digunakan untuk kegiatan membaca surat-surat pendek (juz ‘ama) dan sholat Dhuha berjama’ah dan dilanjutkan dengan pembelajaran oleh guru di kelas.
Dalam merumuskan visi, misi serta tujuan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Burujul, pihak-pihak terkait (stakeholders) melakukan musyawarah sehingga visi, misi serta tujuan tersebut mewakili aspirasi semua pihak yang terkait. Harapannya, semua pihak yang terkait dalam kegiatan pembelajaran benar-benar menyadari visi, misi serta tujuan tersebut untuk selanjutnya memegang komitmen terhadap visi, misi serta tujuan yang telah disepakati bersama.
Adapun visi, misi serta tujuan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalanadalah:
⦁ Visi
Mencetak Peserta Didik Berkarakter Famili ( Favorit, Amanah, Mandiri, Ikhlas, Luwes, Inovatif).
⦁ Misi
⦁ Melaksanakan kurikulum seutuhnya sebagai standar pelayanan minimal proses belajar mengajar.
⦁ Mengembangkan kecerdasan anak didik dan keteladanan akhlakul karimah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama, ilmu pengetahuan, kemasyarakatan, partisipasi dan kemandirian.
⦁ Membangun suasana kondusif dalam mewujudkan kondisi kerja dan belajar yang nyaman, tenang, kesejahteraan rohani dan jasmani berdasarkan etika ilmu dan profesionalisme kependidikan serta keteguhan nilai agama Melaksanakan pembelajaran efektif yang aktif, kreatif dan kondusif.
⦁ Tujuan
⦁ Memenuhi akan keadilan dan pemerataan pendidikan di lingkungan Madrasah.
⦁ Memenuhi akan pendidikan yang bermutu menghasilkan prestasi akademik dan non akademik.
⦁ Memenuhi sikap, budi pekerti yang luhur didasari iman dan taqwa.
⦁ Memenuhi akan sistem partisipatif, transparan, dan akuntabel antara pihak-pihak terkait .

Dilihat dari visinya Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalanbercita-cita mencetak peserta didik yang berkarakter Famili (Favorit, Amanah, Mandiri, Ikhlas, Luwes, Inovatif), yaitu ingin mencetak peserta didik yang menjadi favorit di lingkungannya, amanah apabila diberi kepercayaan, ikhlas, luwes serta inovatif. Dari misinya MIS Andalan Majalengkaingin menciftakan pembelajaran yang mengaitkan secara mendalam pengetahuan, kemandirian dan akhlakul karimah. Serta ingin menciftakan kondisi belajar yang nyaman dan melaksanakan pembelajaran efektif yang aktif, kreatif, dan kondusif. Dari misi ini terlihat keseimbangan antara ilmu agama dan juga ilmu pengetahuan umum sehingga menghasilkan manusia yang berkualitas baik agamanya, ilmu pengetahuan ataupun keterampilan serta berakhalkul karimah .
Guru yang mengajar di MIS Andalan Majalengka berjumlah 8 guru, dengan rincian dua guru laki-laki, dan guru perempuan enam. Dengan latar belakang pendidikan berbeda-beda mulai dari setingkat SMA sampai sarjana. Yaitu ibu Atih, S.Pd.I sebagai kepala sekolah, Suryono, S.Pd.I, Nina Nurlina, S.Pd.I, Irawati, S.Pd.I, Yani Haryani, S.Pd.I, Kusmiati, S.Pd.I, A. Pipih Hopiah sebagai guru kelas, serta Ismail sebagai guru olahraga. Sedangkan jumlah peserta didik berdasarkan data tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 96 peserta didik. Dengan rincian kelas I 18 peserta didik, kelas II 14 peserta didik, kelas III 17 peserta didik, kelas IV 16 peserta didik, kelas V 16 peserta didik, kelas VI 14 peserta didik.

⦁ Hasil Penelitian
 Keberhasilan yang diperoleh instansi tidak lepas atas kerja keras serta keuletan segenap penyelenggara pendidikan untuk menyediakan layanan pendidikan terbaik kepada peserta didiknya. Upaya itu diimplementasikan dalam bentuk pelaksanaan proses pembelajaran yang beragam salahsatunya strategi pembelajaran yang berbasis Multiple Inteligences. Untuk menujang keberhasilan proses pembelajaran di MIS Andalan Majalengkamaka dipilihnya proses pembelajaran berbasis multiple intelligences karena dipandang suatu pembelajaran yang ramah anak, hal ini disampaikan Kepala Sekolah MIS Andalan Majalengkal: Pembelajaran berbasis multiple intelligences adalah pembelajaran yang ramah anak karena menyesuaikan dengan gaya belajar anak, sebuah pembelajaran dalam multiple intelligences itu punya rumus, yaitu: belajar yang efektif itu jika gaya mengajar guru sama dengan gaya belajar siswa (wawancara, tanggal 8 April 2017).
 Dalam praktiknya, secara garis besar penerapan pembelajaran berbasis Multiple intelligences di MIS Andalan Majalengkamemuat tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
⦁ Deskripsi Perencanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Atih, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalanmenuturkan, bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Menurutnya, rencana pembelajaran yang baik dan terperinci akan membuat guru mudah dalam menyampaikan materi pelajaran, pengorganisasian peserta didik, maupun saat evaluasi pembelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran akan terarah dengan rapi dan baik (wawancara, tanggal 30 maret 2017).
 Perencanaan pembelajaran yang dilakukan sama halnya dengan di  sekolah-sekolah pada umumnya. Guru diminta menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Silabus, RPP, agenda harian serta catatan kecil untuk mempersiapkan pembelajaran guna mempermudah guru proses belajar mengajar supaya lebih efektif dan efisien.
 Pembelajaran dengan menerapkan teori kecerdasan perlu disiapkan sebaik-baiknya. Hal tersebut akan berkaitan dengan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Secara umum, Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalanmemiliki dua tahap dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences, yaitu:
⦁ Mengenali Kecerdasan Siswa
 Hal yang dilakukan guru untuk mengenali kecerdasan masing masing siswa adalah dengan secara sederhana dengan melihat keseharian siswa serta nilai akhir, hal ini dituturkan oleh guru kelas IV yang bernama Yani haryani: “Yang pertama disini di lihat dari nilai harian, yang kedua nilai sikap, kemudian yang ketiga kegiatan sehari-hari” (wawancara, tanggal 6 April 2017). Begitu juga kepala sekolah MIS Andalan Majalengkamengungkapkan bahwa untuk mengenali kecerdasan siswa adalah: “Ya bisa di lihat ketika ada latihan untuk menjelang kenaikan kelas, siswa-siswa kan di latih seperti  dalam nyanyian atau dalam musik, jadi ketahuan mana siswa yang berbakat dan tidak dalam bidang tersebut” (wawancara, tanggal 8 April 2017).


⦁ Menyusun Rencana Pembelajaran/ Lesson Plan
 Rencana pembelajaran/ lesson plan digunakan sebagai perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan pembelajaran. RPP berisi gambaran umum alur pembelajaran guru yang akan dilaksanakan. Dari hasil observasi peneliti, lesson plan yang dibuat oleh guru disiapkan secara sederhana dengan menuliskan rencana pembelajaran dalam buku yang sudah sengaja disiapkan khusus untuk menuliskan rencana pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan peryataan kepala sekolah: “Rencana, RPP untuk pembelajaran. Selain RPP juga untuk kegiatan sehari-harinya biasa diadakan agenda harian, punya catatan kecil sih setiap guru untuk mempersiapkan pembelajaran” (wawancara, tanggal 8 April 2017). Serta pernyataan guru : “Kalau rencana yang pertama membuat RPP, kedua agenda harian serta ketiga membuat catatan kecil supaya pembelajaran lebih terarah” (wawancara, tanggal 6 April 2017).
   Berikut ini adalah gambar rencana pembelajaran/ lesson plan yang dituliskan oleh guru sebagaimana disebutkan oleh guru dan Kepala Sekolah berupa coret-coretan:







Gambar 4.1
Contoh Lesson Plan
 Peneliti mengetahui aspek yang terdapat dalam lesson plan yang dibuat guru melalui data wawancara guru, kepala sekolah dan observasi dokumen rencana pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara guru dan kepala sekolah aspek yang terdapat dalam lesson plan antara lain: Standar kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, alfa zona, scene setting, warmer, pre-teach, kegiatan pembelajaran dan terkadang menambahkan materi dengan mengaitkan yang ada di Al-Qur’an. Hal ini di ungkapkan oleh guru kelas II yang bernama Nina Nurlina, aspek yang terdapat dalam lesson plan: “Yang terdapat dalam RPP itu ada alfa zona,kemudian ada warmer, scene setting ya” (wawancara, tanggal 6 April 2017). Ditambahkan oleh kepala sekolah: “Ya setidaknya aspek yang ditulis dalam catatan kecil guru atau yang disebut agenda harian itu mencakup  ada alfa zona, ada scene setting, warmer, pre-teach termasuk juga KD, indikator dan sebagainya itu ada” (wawancara, tanggal 8 April 2017).
 Kemudian, Secara umum berdasarkan hasil analisis dokumen lesson plan, rencana pembelajaran yang dibuat guru adalah memuat aspek-aspek sebagai berikut:
⦁ Standar Kompetensi
⦁ Kompetensi Dasar
⦁ Indikator
⦁ Alfa zone
⦁ Scene setting
⦁ Kegiatan
⦁ Teaching Aids, peralatan atau perlengkapan.
 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran oleh guru dilakukan sebelum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dimulai pada awal semester. Meski demikian, sekolah tetap memberikan wewenang kepada setiap guru untuk melakukan perubahan-perubahan, selama hal itu dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran.
 Sebelum Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diterapkan di kelas, setiap guru harus mengkonsultasikannya terlebih dahulu dengan kepala sekolah. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa pelaksanaan pembelajaran nantinya akan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip multiple intelligences.
⦁ Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
Aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences di MIS Andalan Majalengkasecara garis besar  terangkum ke dalam tiga tahapan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
⦁ Pendahuluan (Apersepsi)
 Dalam pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences di MIS Andalan Majalengkal, aktivitas yang dilakukan guru dalam tahap ini meliputi:
⦁ Ice Breaking/Alfa Zona
 alfa zona, berdasarkan hasil wawancara dengan guru, alfa zona adalah kaitanya dengan otak, dimana kondisi otak siap dalam menerima pembelajaran. kegiatan pada zona alfa yang sering dilakukan guru antara lain: tanya jawab seputar kebiasaan anak, gerakan-gerakan refleksi, bernyanyi (wawancara, tanggal 6 April 2017).
   Berikut adalah dokumentasi yang diperoleh peneliti saat kegiatan alfa zona







     Gambar 4.2
Kegiatan Alfa Zona
 Guru mengajak peserta didik melakukan Ice Breaking untuk menuju Zona Alfa. Hal ini dilakukan agar pikiran peserta didik menjadi segar kembali dan siap untuk menerima materi yang baru. Aktivitas yang dilakukan biasanya guru melakukannya dalam bentuk senam singkat, nyanyian, gerakan sambil bernyanyi, dari sini guru mulai memunculkan kesan pembelajaran matematika yang menyenangkan sebelum peserta didik menerima materi. Tetapi pada penerapannya ada pula sebagian guru yang melakukan Ice Breaking di tengah kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menyegarkan kembali pikiran peserta didik karena rasa jenuh.
⦁ Warmer
 kegiatan yang dilakukan guru pada saat kegiatan warmer adalah dengan mengulang materi yang telah disampaikan sebelumya. Hal tersebut ditegaskan oleh guru kelas pada wawancara yang dilakukan peneliti. yaitu: “Tanya jawab kadang, ya seputar materi yang telah di sampaikan kemudian di kaitkan dengan materi yang sekarang akan di bahas seperti itu ya dan sebagainya” (wawancara, tanggal 6 April 2017).
 Guru menanyakan kembali materi-materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru menjelaskan keterkaitan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Kegiatan ini secara otomatis telah dilakukan oleh setiap guru, khususnya dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan materi matematika bersifat saling terkait, sehingga setiap materi yang baru berhubungan denga materi sebelumnya. Dengan demikian, mau tidak mau sebelum menyampaikan materi yang baru, guru mengulas terlebih dahulu materi yang pernah disampaikan sebelumnya.
⦁ Pre Tech
 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, pre-teach merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran, yaitu guru memberikan gambaran mengenai materi yang akan di bahas (wawancara guru kelas II, tanggal 6 April 2017). Pada tahap ini guru memberikan arahan terkait prosedur yang harus dilakukan terkait model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Misalnya dalam model diskusi, guru memberikan arahan terkait bagaimana pembentukan kelompok dan tugas masing-masing kelompok. Pre Tech dilakukan bersamaan ketika guru mengkondisikan peserta didik sesuai model pembelajaran yang ingin dilakukan.
⦁ Scene Setting
 Scene setting merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk membangun konsep awal, hal tersebut diungkapkan oleh guru kelas II (wawancara, tanggal 6 April 2017). Scene Setting menjadi awal dari kegiatan inti pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan guru pada tahap ini adalah mencoba untuk mengkontekstualkan materi yang akan di sampaikan. Hal ini dilakukan agar peserta didik mempunyai gambaran riil terkait materi yang akan dipelajari dengan konteks kehidupan nyata. Dengan demikian akan muncul kegairahan peserta didik untuk mempelajari materi tersebut.
 Kegiatan ini juga menjadi bagian penting yang harus dilakukan guru saat mulai menyampaikan materi pembelajaran. Dalam menyusun scene setting, dalam pembelajaran matematika menghadapi sedikit permasalahan pada beberapa materi yang cenderung abstrak. Beberapa materi matematika, seperti bilangan pecahan, bilangan berpangkat, bilangan decimal bersifat abstrak sehingga guru kesulitan menyusun scene setting. Hal ini berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik terhadap materi tersebut. Pada materi materi semacam ini banyak peserta didik yang mengalami kesulitan.
⦁ Kegiatan Inti
⦁ Eksplorasi
 Kegiatan eksplorasi dalam kerangka pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences di MIS Andalan Majalengkal, telah termuat dalam aktivitas Scene Setting pada tahap pendahuluan. Hal ini tidak menjadi permasalahan, mengingat aktivitas dalam Scene Setting mengantarkan anak menuju kegiatan inti pembelajaran. Di samping itu, muatan kegiatan eksplorasi adalah mengkontekstualkan materi pelajaran. Hal ini sama halnya yang dilakukan dalam aktivitas Scene Setting (wawancara, tanggal 6 April 2017).
⦁ Elaborasi (Prosedur Aktivitas)
 Elaborasi merupakan aktifitas melibatkan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dikenal dengan prosedur aktivitas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perwujudan active learning. Pada tahap ini guru mulai menerapkan berbagai strategi atau model pembelajaran, tergantung situasi dan kondisi kelas dan materi yang akan disampaikan. Strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences yang dikembangkan di MIS Andalan Majalengkal, mengacu pada prinsip active learning. Metodologi yang sering dipakai dalam pembelajaran di MIS Andalan Majalengkaadalah diskusi, make a match, dan analogi. Guru melakukan variasi model untuk mengembangkan multiple intelligences, hal ini menjadi bagian faktor pendukung keberhasilan pembelajaran dikelas secara aktif, inovatif dan menyenangkan.
⦁ Konfirmasi
 Tahap konfirmasi merupakan follow up dari dua tahap sebelumnya (eksplorasi dan elaborasi). Setelah selesai menyampaikan materi pelajaran, guru menarik kesimpulan dan memberi umpan balik kepada peserta didik atas materi yang disampaikannya. Setelah itu, guru baru mengakhiri kegiatan pembelajarannya. Beberapa guru terkadang lupa melakukan kegiatan ini. Padahal, hal ini penting untuk mensinergikan pengetahuan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan, agar terbentuk pemahaman yang sama. (berdasarkan hasil observasi pelaksanaan, tanggal 3 dan 4 April 2017).



 Kegiatan  pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences:
⦁ Kecerdasan Lingusitik-verbal
 Beberapa kegiatan matematika yang sering guru lakukan untuk mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal siswa adalah dengan meminta siswa membacakan atau mempresentasikan hasil belajar di depan kelas, memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat atau kesempatan siswa untuk berbicara dan memberikan kesempatan siswa untuk menulis. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil wawancara dengan guru berikut ini: “Untuk mengembangkan kecerdasan linguistik pada matematika itu tentunya banyak caranya, namun disini saya sendiri selalu memerintahkan untuk mempresentasikan hasil belajar baik itu secara individu maupun secara kelompok” (wawancara, tanggal 6 April 2017). Beberapa siswa juga mengungkapkan bahwa guru pernah melakukan tanya jawab bahkan sering pada awal-awal pembelajaran (wawancara siswa, tanggal 12 April 2017).
Teramati oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung guru telah melakukan upaya pengembangan kecerdasan linguistik. Guru meminta siswa untuk menuliskan bilangan romawi di buku masing-masing (kelas IV, 3 April 2017). Berikut adalah penggambaran kegiatan mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal saat pembelajaran.
Tabel 4.1
Pengembangan Kecerdasan Linguistik-Verbal
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
3 April 2017  ⦁ Guru bertanya mengenai pembelajaran sebelumnya.
⦁ Guru meminta siswa untuk menuliskan lambang bilangan romawi.
⦁ Guru bertanya “ I digunakan untuk lambang bilangan?”.
2 Kelas II
3 april 2017 ⦁ Guru bertanya tadi siapa yang minum susu? Minum air putih? Yang sarapan pakai nasi atau roti?.
⦁ Guru menanyakan materi yang sebelumnya sudah di sampaikan mengenai bangun datar.
⦁ Guru meminta siswa untuk menuliskan nama kelompoknya
⦁ Dengan cara bertanya jawab mengenai benda-benda yang ada di lingkungan kelas yang berbentuk bangun datar, guru: “ apakah ada bangun datar di ruangan kelas ini?, Murid: “ada, bor, photo, jendela”.
3 Kelas V
4 April 2017 ⦁ Guru mengulang pembelajaran yang sudah di pelajari.Guru: “Minggu kemarin kita sudah membahas?”Murid: “sudut, sudut lancip ....”.
⦁ Guru meminta siswa untuk menuliskan nama kelompoknya.
⦁ Guru bertanya mengenai pengertian jaring-jaring.
4 Kelas III
4 April 2017 ⦁ Guru menanyakan kesiapan belajar siswa, guru: “sudah siap belajar?”, murid: “ siap”.
⦁ Guru meminta siswa menuliskan nama kelompok.
⦁ Guru bertanya jawab mengenai bentuk bentuk bangun datar yang ada di lingkungan sekitar kelas.

 Dari data diatas, terlihat bahwa kegiatan yang paling sering guru lakukan untuk mengembangkan kecerdasan linguistik verbal adalah dengan memberikan pertanyaan kepada siswa. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi siswa berbicara.
Seperti diungkapkan oleh kepala sekolah: “Upayanya diantarannya yaitu mengizinkan anak-anak untuk belajar berdiskusi, berpendapat atau membuat karya tulis” (wawancara, tanggal 8 April 2017).
Berdasarkan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, guru sudah mengembangkan jenis kecerdasan lingistik-verbal.
⦁ Kecerdasan Matematis-logis
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mngembangkan kecerdasan ini yaitu melatih siswa untuk berpikir logika sebagaimana yang diungkapkan oleh guru MIS Andalan Majalengkal, pengembangan kecerdasan Matematis-Logis: “Yaitu menerapkan atau membuat soal terus siswa di minta untuk membuat soal atau menyelesaikan soal sesuai dengan kehidupan sehari-hari, jadi harus berpikir logika” (wawancara, tanggal 6 April 2017). Hal tersebut diungkapkan juga oleh Kepala sekolah MIS Andalan Majalengkal: “Untuk mengembangkan kecerdasan logis biasanya ya si anak diajak ngobrol tentang kehidupan sehari-hari supaya si anak itu bisa berpikir logika mengenai hitung-hitungan dalam kehidupan sehari-hari” (wawancara, tanggal 8 April 2017) .
 Berikut adalah penggambaran kegiatan mengembangkan kecerdasan Matematis-Logis saat pembelajaran.
Tabel 4.2
Pengembangan Kecerdasan Matematis-Logis
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
3 April 2017  Siswa diminta untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari pasangan dari kartu yang mereka dapatkan.
2 Kelas II
3 april 2017 ⦁ Guru memfasilitasi siswa untuk mendemonstrasikan dengan benda-benda nyata, yaitu dengan menunjukan uang kertas dan uang koin serta menunjukan benda-benda di ruangan kelas yang berbentuk bangun datar.
⦁ Guru melakukan kegiatan berhitung saat pembagian kelompok.
⦁ Guru meminta siswa untuk menyebutkan jumlah gambar bangun datar yang ada pada gambar kereta bangun datar, lalu menghitung sudut dari bangun datar yang ditunjuk oleh guru.
⦁ Siswa diminta untuk menujukan urutan bangun datar yang disebutkan oleh guru.
3 Kelas V
4 April 2017 ⦁ Guru memfasilitasi siswa untuk mendemonstrasikan dengan benda-benda nyata, guru membawa kardus untuk menjelaskan jaring-jaring kubus dan balok.
⦁ Guru Memfasilitasi materi konkret untuk bahan percobaan.
⦁ Guru melakukan kegiatan berhitung saat pembagian kelompok.
⦁ Guru melakukan kegiatan berhitung, yaitu menghitung panjang sisi jaring-jaring balok.
⦁ Meminta siswa untuk menunjukkan urutan dalam menyusun jaring-jaring kubus.
⦁ Guru mengajari siswa menyusun jaring-jarng balok.
4 Kelas III
4 April 2017 ⦁ Guru memfasilitasi siswa dengan benda konkrit yaitu dengan melihat benda-benda yang ada di lingkungan kelas (papan white board, buku).
⦁ Siswa diminta untuk menunjukan urutan bangun datar yang di sebutkan oleh guru.
⦁ Guru melakukan kegiatan berhitung saat pembagian kelompok.





   Gambar  4.3
Kegiatan Matematis-Logis
 Berdasarkan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, guru MIS Andalan Majalengkasudah mengembangkan jenis kecerdasan matematis-logis untuk siswa. Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan matematis-logis ini diberikan pada kegiatan diluar pembelajaran, biasanya lebih ke pemecahan masalah dalam kehidupan siswa sendiri. Sedangkan, untuk mengembangkan kecerdasan matematis logis yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika sebetulnya banyak, seperti menghitung jumlah bangun datar, menghitung sudut bangun datar, membuat jaring-jaring balok dan kubus dll. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa dalam pengembangan kecerdasan mtematis-logis, guru melakukan pembelajaran matematika dengan benda konkrit, guru pernah meminta siswa menunjukan urutan, serta sering menggunakan perhitungan (wawancara, tanggal 12 april 2017).
⦁ Kecerdasan Visual-spasial
 Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial di dorong guru dengan berbagai macam kegiatan. Disampaikan oleh guru dalam wawancara bahwa kegiatan yang biasa dilakukan dalam mengembangkan kecerdasan visual-spasial antara lain dengan menampilkan gambar (wawancara, tanggal 6 April 2015), hal tersebut salah satunya juga ditegaskan oleh kepala sekolah himbaun terkait membuat mading. Mengenai pengembangan kecerdasan visual-spasial diakui oleh siswa: “ia guru suka pakai gambar, waktu belajar bilangan pecahan ada gambar yang di lingkaran yang di potong-potong.” (wawancara, tanggal 12 April 2017)
 Berikut ini gambaran kegiatan hasil observasi peneliti terkait pengembangan kecerdasan visual-spasial :
Tabel 4.3
Pengembangan Kecerdasan Visual-Spasial
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
 3 April 2017  Guru memotivasi siswa dengan menayangkan slide berisi bilangan romawi.
2 Kelas II
3 april 2017 ⦁ Guru menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan pemahaman melalui gambar, yaitu melihat kereta bangun datar yang terbuat dari beberapa bangun datar.
⦁ Guru memperlihatkan gambar untuk membantu pemahaman siswa.
⦁ Guru meminta siswa untuk menggambar salahsatu bangun datar.
3 Kelas V
4 April 2017 -
4 Kelas III
4 April 2017 ⦁ Guru memperlihatkan gambar bangun datar melalui media karton.
⦁ Memperlihatkan gambar untuk membantu pemahaman siswa.

 Kemudian, berikut hasil dokumentasi kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial siswa yang diambil oleh peneliti saat melakukan observasi:





    




Gambar 4.4
Kegiatan Visual-Spasial
Berdasarkan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, guru telah memberikan kegiatan untuk mengembangkan jenis kecerdasan visual spasial untuk siswa. Kegiatan yang diberikan guru untuk mengembangkan kecerdasan ini adalah dengan menampilkan gambar dan memberi kesempatan siswa untuk menggambar.

⦁ Kecerdasan Kinestetik
Berdasarkan hasil observasi peneliti, kegiatan yang sering guru lakukan dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa adalah dengan mengajak siswa untuk melakukan gerak fisik. Misalnya, gerakan sambil bernyanyi. Selain itu, untuk mengembangkan kecerdasan ini guru juga mempunyai kebijakan khusus untuk siswa yang memang cerdas kinestetik. Guru memberikan toleransi kepada anak yang bergerak selama pembelajaran, selama itu tidak menganggu teman yang lain, seperti yang diungkapkan oleh guru: “Kalo untuk siswa yang bergerak selama pelajaran, saya membiarkannya sesuai dengan kemauannya asalkan tidak mengganggu anak-anak yang lain” (wawancara, tanggal 6 April 2017).
Berikut adalah penggambaran kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa.
Tabel 4.4
Pengembangan Kecerdasan Kinestetik
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
3 April 2017
 ⦁ Guru meminta semua siswa berdiri dan meniru gerakan guru sambil bernyanyi “ di kepak-kepakan sayapnya”, selain itu guru juga meminta siswa untuk mencocokan kartu, murid lalu berdiri dan berlari untuk mencari pasangan dan menempelkannya di mading bilangan romawi.
⦁ Guru juga meminta siswa menirukan sebuah gerakan apabila guru menyebutkan kata : “lampu, rolling, kamera. Action”.
2 Kelas II
3 april 2017 ⦁ Guru meminta siswa untuk bernyanyi dan menggerakan tangan sebelum berdoa serta pada saat menirukan bangun datar segitiga melalui tangan.
⦁ Pada saat berhadapan, guru meminta siswa untuk menembak pasangannya “tembak pasangannya (seperti memegang pistol sungguhan)”.
3 Kelas V
4 April 2017 Guru dan siswa bertepuk tangan saat menyanyikan lagu matematika
4 Kelas III
4 April 2017 -


Berikut dokumentasi kegiatan mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa.




Gambar 4.5
Kegiatan Kinestetik
 Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, guru telah melakukan kegiatan untuk mengembangkan jenis kecerdasan kinestetik untuk siswa. Kegiatan yang dilakukan guru untuk mengembangkan kecerdasan ini antara lain melakukan sebuah gerak fisik, serta memberi keleluasaan siswa yang cerdas kinestetik untuk melakukan gerakan yang ia inginkan saat pembelajaran asalkan tidak mengganggu temanya. Hal tersebut diakui oleh pernyataan siswa, bahwa guru dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik sering mengajari siswa sebuah gerakan sambil bernyanyi serta melakukan permainan dengan gerakan-gerakan (wawancara, 12 April 2017).
⦁ Kecerdasan Musikal
 Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan musikal sudah sering peneliti dapati ketika proses pembelajaran berlangsung. Guru biasanya mengajak siswa bernyanyi ketika proses pembelajaran, baik ketika melakukan kegiatan untuk alfa zone ataupun ketika bernyanyi yang kaitannya dengan materi pembelajaran. Hal tersebut juga sependapat dengan hasil wawancara guru : “Biasanya kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan ini dengan sebuah lagu atau kadang mereka membuat lagu sendiri misalnya membuat yel-yel mereka sendiri” (wawancara, tanggal 6 April 2017). Begitu juga yang diungkapkan oleh siswa: “guru pernah mengajari materi dengan sebuah lagu dan mengajak bernyanyi saat kegiatan pembelajaran” (wawancara, tanggal 12 April 2017).
 Berikut penggambaran kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan musikal
Tabel 4.5
Pengembangan Kecerdasan Musikal
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
3 April 2017  ⦁ Guru mengajak siswa untuk bernyanyi “kepak-kepakan sayapnya” sambil bergerak-gerak.
⦁ Guru saat membagi kelompok dengan nyanyian “satu-satu ambil saja satu”.
2 Kelas II
3 april 2017 ⦁ Guru bersama siswa bernyanyi sebelum berdoa, lalu bernyanyi lagu bangun tidur.
⦁ Guru bernyanyi hapalan bentuk bangun datar.
3 Kelas V
4 April 2017 Guru bersama siswa bernyanyi lagu matematika.
4 Kelas III
4 April 2017 Mempelajari materi dengan nyanyian “kring kring kring lingkaran”.

 Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, guru MIS Andalan Majalengkasudah memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pengembangan kecerdasan musikal dalam pembelajaran matematika. Kegiatan yang diberikan guru untuk mengembangkan kecerdasan ini adalah dengan mengajak siswa bernyanyi ketika proses pembelajaran, namun belum maksimal dalam mengembangkan kecerdasan musikal.
⦁ Kecerdasan Interpersonal
 Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal telah banyak diupayakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Bedasarkan hasil wawancara dengan guru pada tanggal 6 April 2017, guru mengatakan bahwa kegiatan yang paling sering dilakukan adalah diskusi. Selain itu, kegiatan lain ada seperti: kerja kelompok, mengajari teman yang belum paham. Pengembangan untuk kecerdasan interpersonal ini telah dilakukan guru namun belum maksimal. Kegiatan pengembangan kecerdasan interpersonal yang diungkapkan oleh siswa yaitu: adanya kerja kelompok dan permainan kelompok, serta pernah meminta mengajari teman yang belum paham (wawancara, tanggal 12 April 2017).
 Berikut ini adalah gambaran kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal yang diberikan oleh guru.
Tabel 4.6
Pengembangan Kecerdasan Interpersonal
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
 3 April 2017  -
2 Kelas II
3 april 2017 -
3 Kelas V
4 April 2017 ⦁ Guru meminta siswa untuk mengerjakan proyek bersama yaitu menghubungkan jaring-jaring kubus.
⦁ Guru memberikan PR, untuk membuat jaring-jaring balok secara berkelompok.
4 Kelas III
4 April 2017 -

   Kemudian, berikut hasil dokumentasi kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa yang diambil oleh peneliti saat melakukan observasi:





Gambar 4.6
Kegiatan Interpersonal
⦁ Kecerdasan Intrapersonal
 Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal, belum banyak yang dilakukan oleh guru dalam Pembelajaran, ada beberapa yang dilakukan. Hal tersebut telah disampaikan guru: “Kegiatan yang di berikan itu biasannya memberikan tugas individu dan mengajari siswa yang belum paham secara personal atau secara masing-masing” (wawancara, tanggal 6 April 2017).
 Untuk kegiatan lainnya, berikut penggambaran dalam mengembangkan kecerdasan intrapersonal dalam proses pembelajaran:
Tabel 4.7
Pengembangan Kecerdasan Intrapersonal
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
 3 April 2017  -
2 Kelas II
3 april 2017 -
3 Kelas V
4 April 2017 ⦁ Guru meminta siswa untuk menilai hasil karyanya sendiri.
⦁ Guru meminta siswa mengomentari atau menilai hasil pekerjaannya.
4 Kelas III
4 April 2017 -

 Berdasarkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, guru belum maksimal dalam memfasilitasi siswa mengembangkan kecerdasan intrapersonal. Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal juga masih ada yang tercampur dengan pengembangan kecerdasan lain, sehingga pengembangan untuk kecerdasan ini belum begitu tampak.
⦁ Kecerdasan Naturalis
 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru untuk mengembangkan kecerdasan naturalis, kegiatan yang diberikan adalah observasi lingkungan, contoh konkrit untuk pembelajaran matematika (wawancara, tanggal 6 April 2017), dalam pembelajaran matematika guru menggunakan alam sekitar untuk pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan, hal senada di ungkapkan oleh kepala sekolah MIS Andalan Majalengkal: “Upaya yang dilakukan antara lain mengajak siswa keluar kelas melakukan pengamatan kemudian contohnya seperti dalam matematika yah bisa dilingkungan luar kelas itu bisa menggunakan batu atau daun-daunan, pokoknya yang ada dilingkungan sekitar yang menyangkut pada materi yang disampaikan” (wawancara, tanggal 8 April 2017). Hal tersebut juga diungkapkan oleh siswa: “guru pernah meminta siswa mengamati benda-benda yang ada diligkungan sekitar (saat pembelajaran bangun datar)” (wawancara siswa, tanggal 12 April 2017).
 Gambaran kegiatan pembelajaran saat guru mengembangkan kecerdasan naturalis:
Tabel 4.8
Pengembangan Kecerdasan Naturalis
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
3 April 2017  -
2 Kelas II
3 april 2017 Melakukan pembelajaran dengan melibatkan pengalaman di alam terbuka
3 Kelas V
4 April 2017 -
4 Kelas III
4 April 2017 -

 Berdasarkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, guru belum maksimal dalam memfasilitasi siswa mengembangkan kecerdasan naturalis. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak muncul saat peneliti melakukan penelitian.
⦁ Kecerdasan Eksistensialis
 Di MIS Andalan Majalengkal, kecerdasan eksistensialis lebih diartikan sebagai kecerdasan spiritual, dimana maksud dari dua kecerdasan tersebut sama-sama berkaitan dengan Tuhan, Kegiatan yang diupayakan guru untuk mengembangkan kecerdasan eksistensialis. Pengembangan untuk kecerdasan ini dijelaskan oleh guru lebih banyak dilakukan di luar jam pembelajaran, namun untuk kegiatan yang dilakukan dikelas juga tetap ada.
 Kegiatan yang diberikan guru untuk mengembangkan kecerdasan ini antara lain dengan mengaitkan materi pelajaran dengan ayat-ayat Al-Qur’an, mencontohkan keteladanan, membiasakan berdoa sebelum dan sesudah pelajaran, pembiasaan dalam membaca surat-surat pendek yang bertujuan untuk memahamkan pada diri siswa bahwa manusia berada di dunia karena diciptakan oleh Tuhan dan akan kembali pada-Nya, dan selebihnya adalah kegiatan di luar jam pelajaran (wawancara dengan guru, tanggal 6 April 2017). Kepala sekolah MIS Andalan Majalengkajuga mengungkapkan: “Upaya yang dilakukan adalah memasukan ajaran nilai agama saat proses pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan atau biasanya dengan membacakan asmaul husna setiap sebelum pembelajaran dimulai sebelum ke alfa zona, kalo di kelas atas biasanya hapalan juz ‘ama, target untuk di MIS Andalan Majalengkauntuk lulus di kelas 6 itu harus sudah hapal juz 30” (wawancara, tanggal 8 April 2017). Hal tersebut juga diungkapkan siswa, dalam mengembangkan kecerdasan eksistensialis guru sering mengingatkan siswa untuk selalu bersyukur, membiasakan membaca doa sebelum dan sesudah pembelajaran, membaca surat-surat pendek, membaca asmaul husna sebelum pembelajaran, serta pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjama’ah (wawancara, tanggal 12 April 2017).
 Berikut ini penggambaran kegiatan yang dilakukan guru untuk mengembangkan kecerdasan eksistensialis siswa:
Tabel 4.9
Pengembangan Kecerdasan Eksistensialis
No Kelas Deskripsi
1 Kelas IV
3 April 2017  ⦁ Siswa melakukan pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah.
⦁ Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.
⦁ Siswa membaca asmaul husna sebelum pembelajaran dimulai.
2 Kelas II
3 april 2017 ⦁ Siswa melakukan pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah.
⦁ Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.
3 Kelas V
4 April 2017 ⦁ Siswa melakukan pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah.
⦁ Siswa  membaca surat-surat pendek (surat al-bayinah).
⦁ Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.
4 Kelas III
4 April 2017 ⦁ Siswa melakukan pembiasaan shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah.
⦁ Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.



   Selanjutnya, berikut ini adalah gambar kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan eksistensialis:








Gambar 4.7
Kegiatan Eksistensialis
 Berdasarkan data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, guru telah memfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan, diantaranya shalat dhuha dan shalat dzuhur berjamaah, serta membaca doa sebelum dan sesudah pembelajaran.
⦁ Kegiatan penutup
 Sama halnya dengan kegiatan pembelajaran pada umumnya, pembelajaran matematika diakhiri dengan kegiatan penutup. Kegiatan yang sering dilakukan pada tahap ini adalah penyampaian materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, memberikan tugas individu (pekerjaan rumah), berdoa bersama, kemudian ucapan salam penutup sebelum guru meninggalkan kelas.
⦁ Deskripsi Evaluasi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran matematika yang berlangsung di MIS Andalan Majalengkasama halnya dengan evaluasi pembelajaran pada mata pelajaran umumnya. Penilaian pembelajaran matematika yang digunakan  adalah bentuk penilaian autentik.
 Evaluasi hasil pembelajaran atau sering pula disebut dengan penilaian Kegiatan Belajar Mengajar difokuskan pada peserta didik dengan mengacu pada  indikator hasil belajar yang telah dibuat. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru terlebih dahulu telah menentukan indikator keberhasilan dan membuat seperangkat instrumen penilaian. Indikator keberhasilan dibuat bertolak dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sedangkan instrumen penilaian pada pembelajaran matematika dibuat dengan memperhatikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
⦁ Penilaian kognitif
 Aspek kognitif mencakup ranah pemahaman peserta didik terhadap isi materi yang telah disampaiakan oleh guru. Tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru ini dapat dilihat dari benar atau salahnya jawaban-jawaban yang diberikan. Umumnya guru menilai ranah kognitif peserta didik dalam bentuk nilai.
 Berdasarkan hasil wawancara oleh guru alat penilaian kognitif yang digunakan dalam menilai siswa pada pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan tes lisan, tes tertulis dan penugasan baik individu atau kelompok. Guru juga menyampaikan bahwa tes dilakukan ketika ada kesempatan mengambil nilai, sehingga tidak hanya ketika akhir subtema tertentu saja (wawancara guru, tanggal 6 April 2017).
⦁ Penilaian afektif/ sikap
 aspek afektif lebih menekankan pada sisi perilaku peserta didik pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Bagaimana sikap, tutur kata, atau perbuatan lain yang dilakukan peserta didik saat KBM  berlangsung dinilai dalam ranah afektif. Penilaian sikap biasa dilakukan guru dengan pengamatan sikap siswa dalam berdoa di kelas, dalam pembelajaran, ketika siswa melakukan sholat dhuha dan zuhur ataupun ketika sedang diluar jam pembelajaran dan itu tidak menggunakan rubrik penilaian tertentu, hanya benar-benar pengamatan guru (wawancara guru, tanggal 6 April 2017). Sedangkan untuk penilaian diri belum dilaksanakan.
⦁ Penilaian psikomotorik
 Alat  penilaian  psikomotorik yang   biasa  digunakan   dalam  pembelajaran matematika untuk menilai psikomotorik siswa antara lain dengan menggunakan unjuk kerja dan praktek. Hal itu disampaikan oleh guru kelas II pada saat wawancara tanggal 6 April 2017, yaitu guru meminta anak membuat jaring-jaring kubus, lalu menghubungkannya menjadi sebuah kubus.
 Aspek psikomotorik mencakup ranah keterampilan peserta didik khususnya dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru. Dalam pembelajaran matematika, keterampilan ini dilihat dari bagaimana peserta didik menyelesaikan soal-soal secara sistematis. Artinya, peserta didik mampu menyelesaikan soal-soal secara terstruktur sampai ia menemukan hasil atau jawabannya.
 Dalam penilaian pembelajaran yang berbasis Multiple Intelligences guru atau sekolah tidak menerapkan sistem Peringkat. Hal ini dilakukan untuk menghindari munculnya justifikasi peserta didik cerdas atau peserta didik bodoh. Prinsip yang dipegang dalam penilaian berbasis Multiple Intelligences bahwa kemampuan seseorang tidak bisa digeneralisasikan. Artinya bahwa pada satu aspek seseorang mengalami kekurangan/kelemahan, akan tetapi pada aspek tertentu lainnya ia justru memiliki kelebihan.
 Atih, kepala MIS Andalan Majalengkamengatakan, bahwa anak yang pandai dalam mata pelajaran Matematika belum tentu pandai pula dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Demikian pula anak yang pandai bermain basket, belum tentu pandai dalam pelajaran matematika. Oleh karenanya sistem peringkat yang berlaku di sekolah-sekolah pada umumnya dirasa kurang tepat dengan teori multiple intelligences (wawancara kepala sekolah, tanggal 30 maret 2017). Di samping itu, sistem penilaian lebih ditekankan saat berlangsungnya proses pembelajaran. Guru langsung memberikan poin-poin kepada peserta didik yang aktif saat KBM,  baik dalam bentuk mengerjakan tugas, presentasi atau bertanya.

⦁ Pembahasan
 Pada dasarnya tidak ada perbedaan signifikan dalam penerapan pembelajaran strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dalam bidang studi Matematika dengan bidang studi lainnya. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi, guru melaksanakan prosedur yang sama. Perbedaan hanya muncul pada konten materi yang disampaikan dan desain guru dalam merancang strategi pembelajarannya.
 Dari hasil dokumentasi dan pengamatan pembelajaran selama penelitian, penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences di MIS Andalan Majalengkadapat dianalisa sebagai berikut:
⦁ Analisis Perencanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Perencanaan pembelajaran didefinisikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran dan penilaian dalam suatu lokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2005:17). Perencanaan menjadi pedoman yang harus dipatuhi guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Oleh karenanya perencanaan pembelajaran merupakan komponen penting yang harus dilakukan oleh guru.
 Salah satu hal penting yang patut diperhatikan dalam merencanakan sistem pembelajaran adalah mengetahui kompetensi dasar dan karakter yang dimiliki oleh peserta didik. Pengetahuan ini dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan menyusun strategi pembelajaran yang efektif untuk setiap peserta didik. Karakter yang muncul dalam diri setiap anak akan mempengaruhi gaya belajar anak tersebut. Dengan demikian pembelajaran akan berjalan efektif apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik.
 Untuk mengetahui gaya belajar peserta didik tersebut, sekolah berbasis Multiple Intelligences melakukan sebuah tes TIMI (Tes Interesting Multiple Intelligences) untuk mengenali kecerdasan masing-masing siswa diawal masuk sekolah pada saat siswa kelas satu serta tes setiap tahunnya untuk siswa di kelas berikutnya. Di samping itu, sekolah/guru memiliki panduan dalam membuat pengelompokan kelas serta penyusunan rencana pembelajaran yang efektif. Namun di MIS Andalan Majalengkabelum melakukan tes tersebut karena minimnya sumber daya manusia serta akses jalan yang jauh dari perkotaan.
 MIS Andalan Majalengkadalam mengenali kecerdasan siswa dilakukan secara sederhana, yaitu dengan melakukan observasi di kelas serta di luar kelas, hanya sebatas dilihat dari keseharian siswa. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Paul Suparno (2004: 79), bahwa terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences, yang salah satunya adalah mengenal kecerdasan ganda pada siswa.
 Dalam penyusunan kurikulum, di MIS Andalan Majalengkamasih menggunakan KTSP dan kurikulum 2013, belum mengacu pada kurikulum berbasis multiple intelligences. Alasan belum menggunakan kurikulum berbasis multiple intelligences, karena MIS Andalan Majalengkabaru menerapkan konsep Multiple intelligences pada tahun ajaran 2016/2017. Dalam pembuatan RPP masih menggunakan KTSP serta dipadukan dengan konsep multiple intelligences yang disebut dengan lesson plan.
 Penyusunan lesson plan dibuat untuk memberikan panduan praktis guru sebelum mengajar yang digunakan sebagai perencanaan untuk memberi arahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar dikelas menyusun rencana pembelajaran/ lesson plan secara sederhana dengan membuat coret-coretan, dalam artian guru menuliskannya pada buku khusus untuk membuat rencana pembelajaran. Temuan terkait pembuatan rencana pembelajaran/ lesson plan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Munif Chatib (2013: 192) bahwasanya lesson plan digunakan sebagai perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Struktur atau aspek yang terdapat pada lesson plan meliputi: 1) header, yang meliputi identitas sekolah dan keterangan silabus, 2) content atau isi, yang meliputi apersepsi dan motivasi, prosedure activities/ kegiatan pembelajaran, peralatan dan evaluasi, 3) footer atau penutup.
 Berdasarkan hasil temuan penelitian, guru telah membuat lesson plan yang hampir sama dengan yang dibuat oleh Munif Chatib. Namun, masih banyak aspek yang tidak dituliskan guru seperti pada bagian header dan footer. Pada bagian header guru hanya mencantumkan tema, KD dan indikator.  Sebagian besar aspek pada isi sudah dituliskan oleh guru yang meliputi alfa zona, scenee setting, kegiatan pembelajaran, dan peralatan. Sedangkan pada bagian footer/ penutup tidak dituliskan oleh guru.
 Hambatan dalam penyusunan perencanaan bahwasanya guru terkadang masih bingung dalam mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan dan realitas sehari-hari  si anak. Sehingga guru masih butuh sharing ke kepala sekolah atau guru lain. Selain itu Kepala Sekolah mengungkapkan bahwa hambatan yang dirasakan adalah ketidak konsistenan guru dan Kepala Sekolah sendiri dalam menyususun rencana pembelajaran, sehingga Kepala Sekolah mengambil jalan tengah dengan membuat coret-coretan, dalam artian rencana pembelajaran dituliskan secara sederhana pada buku khusus milik guru.
 Melihat perencanaan pembelajaran yang telah dilakukan di MIS Andalan Majalengkal, secara garis besar belum maksimal dalam mengembangkan konsep multiple intelligences, hal itu disebabkan kurangnya sumber daya manusia dan akses tempat yang jauh dari perkotaan. MIS Andalan Majalengkasedang mencoba sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan diterapkannya konsep multiple intelligences.
⦁ Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran matematika yang berjalan di sekolah biasa dengan di sekolah berbasis Multiple Inteligences seperti di MIS Andalan Majalengka tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada pemilihan strategi pembelajaran yang berorientasi pada gaya belajar setiap anak. Oleh karenanya strategi pembelajaran yang di kembangkan lebih bervariasi sesuai dengan banyaknya kecenderungan kecerdasan peserta didik. Artinya gaya mengajar guru harus disesuaikan gaya belajar peserta didik.
 Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemampuan mengatur dan mengolah informasi. Sedangkan gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai guru ketika sedang melakukan pengajaran (Suparman, 2010: 6). Menurut Uyoh Sadullah (2010: 146), dalam interaksi pedagogis pendidik harus memperhatikan minat anak didik, karena dalam diri anak didik akan muncul perasaan bahwa interaksi dengan pendidik yang sedang dijalani akan berguna bagi dirinya. Hal itu hanya mungkin terjadi apabila yang menjadi pokok kegiatan dapat menjawab keperluan anak didik dalam perkembangannya. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak didik akan diterima dengan senang oleh anak.

 Di antara ciri pendidik menurut Sadullah (2010: 133-134), adalah mengenal anak didik dan membantu anak didik. Seorang pendidik harus mengenal anak didik secara khusus agar pendidikannya dapat sesuai dengan setiap anak secara perorangan. Di samping itu, pendidik harus mau membantu anak didiknya sesuai dengan yang diharapkan anak tersebut. Harus dimaklumi bahwa setiap anak didik mau menjadi dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, mau bertanggung jawab sendiri dan ingin menentukan sendiri. Untuk itu, pendidik tidak boleh terlalu memaksakan kehendak, tapi ingat pada keinginan anak didiknya tersebut. Penjelasan tersebut sangat mendukung pembelajaran berbasis Multiple Intelligences yang menekankan pentingnya keselarasan antara gaya mengajar guru dengan
gaya belajar peserta didik.
 Nganimun Naim dan Achmad Patoni ( 2007: 21-24), dalam pelaksanaan pembelajaran guru diharapkan mampu mengemban tugas sebagai berikut:
⦁ Guru sebagai manajer, tugasnya yaitu:
⦁ Sebagai organisator, guru hendaknya dapat membuat program yang direncanakan.
⦁ Sebagai motivator, guru hendaknya mampu memberi manfaat belajar dan bekerja pada pesert didiknya.
⦁ Sebagai koordinator, guru  hendaknya mampu mengatur agar tugas yang diberikan tidak tumpang tindih atau overlap antar kelompok.
⦁ Sebagai konduktor, guru hendaknya mampu memberi pimpinan yang tegas sehingga tidak membingungkan bagi yang melaksanakannya.
⦁ Guru sebagai administrator, tugasnya yaitu:
Sebagai dokumentator, guru hendaknya mencatat segala kegiatan yang dilaksanakan, menyimpan secara sistematis semua file yang diperlukan.
⦁ Guru sebagai supervisor, tugasnya yaitu:
⦁ Sebagai konselor, guru hendaknya dapat member bimbingan dan arahan positif.
⦁ Sebagai korektor, guru hendaknya dapat menunjukkan tugas yang baik untuk dilaksanakan dan mana tugas yang harus dihindari.
⦁ Sebagai evaluator, guru hendaknya dapat menilai baik buruk dari segi proses maupun produk.
⦁ Guru sebagai instruktor, tugasnya yaitu:
⦁ Sebagai fasilitator, guru hendaknya tidak menjadikan diri nomor satu di muka kelas, dapat menimbulkan situasi yang kondusif sehingga peserta didik dapat aktif dan inisiatif sendiri.
⦁ Sebagai moderator, hendaknya guru dapat menjadi perantara dalam hal memusatkan sesuatu yang akan diambil oleh peserta didik.
⦁ Sebagai komunikator, guru hendaknya mampu mengadakan hubungan yang harmonis baik dengan pihak-pihak di dalam sekolah maupun di luar sekolah dan hal-hal yang berhubungan dengan tugas pembelajaran maupun tugas lain yang relevan.
⦁ Guru sebagai inovator, tugasnya yaitu:
Sebagai dinamisator, sekolah hendaknya sebagai laboratorium hidup bagi masyarakat sekitar. Artinya penemuan-penemuan baru yang dipimpin oleh guru hendaknya dapat disebarluaskan di luar lingkungan sekolah.
 Tidak hanya  itu, apabila pelaksanaannya dilaksanakan secara benar, akan mempunyai dampak pula kepada peserta didik, diantaranya adalah:
⦁ Mendorong peserta didik untuk lebih mandiri, percaya diri, kreatif dan punya harga diri.
⦁ Karena dalam kegiatan dituntut laporan baik lisan maupun tulisan, hal ini akan berdampak pada perkembangan pikir dan kemampuan berbahasa.
⦁ Menghargai perbedaan individu. Peserta didik mempunyai pengalaman yang luas dan fungsional.
 Meski pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalantelah diarahkan menggunakan konsep Multiple Inteligences, namun dalam praktiknya konsep ini tidak di pakai secara murni. Artinya ada beberapa konsep yang tidak bisa dilaksanakan. Pertama, pembelajaran berbasis Multiple Intelligences idealnya menggunakan model pengelompokan kelas secara homogen. Peserta didik dengan kecenderungan kecerdasan yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelas. Hal ini bertujuan agar strategi pembelajaran yang dipilih guru sesuai dengan gaya belajar peserta didik dalam satu kelas. Dengan demikian pembelajaran yang berlangsung berjalan efektif dan efisien. Hal ini berbeda dengan model pengelompokan kelas di MIS Andalan Majalengkal, yang bersifat semi heterogen.  Dalam satu kelas terdapat kelompok peserta didik dengan kecenderungan kecerdasan yang berbeda. Meski setiap guru merumuskan strategi pembelajaran untuk setiap KD nya, namun hal itu dirasa kurang efisien. Karena membutuhkan waktu lebih banyak dari yang semestinya.
 Kedua, dalam praktiknya beberapa guru kesulitan dalam membuat Ice Breaking. Sebagian guru setelah membuka KBM langsung melakukan apersepsi dengan menanyakan materi yang sebelumnya dipelajari. Harusnya guru lebih inovatif membuat berbagai bentuk Ice Breaking. Hal ini penting karena dapat membantu peserta didik mempersiapkan pikirannya menuju pembahasan materi pada jam sebelumnya. Guru juga kesulitan dalam menerapkan scene setting, guru masih bingung dalam mengaplikasikan scene setting. Hal itu penting untuk pembuatan konsep  pada awal pembelajaran.
 Ketiga, beberapa materi pelajaran tidak dapat disampaikan kedalam delapan bentuk pendekatan kecenderungan kecerdasan peserta didik. Hal ini sering dijumpai pada materi-materi pelajaran yang cenderung bersifat abstrak. Seperti dalam materi pembelajaran matematika, biasanya guru cenderung kesulitan dalam menentukan strategi pembelajaran untuk peserta didik yang kecenderungan kecerdasannya pada ranah musikal atau kinestetik. Permasalahan-permasalahan itulah yang sering kali menjadi alasan tidak mampunya guru/sekolah menerapkan konsep Multiple Intelligences secara murni.
 Keempat, Pada tahap pelaksanaan, hambatan yang dialami guru adalah kesulitan untuk mengembangkan kesembilan jenis kecerdasan dalam satu waktu. Guru menyampaikan bahwa  untuk masing-masing jenis kecerdasan memang memiliki hambatan sendiri-sendiri dalam pelaksanaannya, namun hal tersebut masih bisa diberikan solusi oleh guru.
⦁ Analisis Evaluasi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Evaluasi atau Penilaian hasil belajar menjadi komponen penting yang harus dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diterimanya. Bentuk penilaian pembelajaran matematika yang dilakukan di MIS Andalan Majalengkamencakup tiga ranah, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences lebih mengedepankan proses dibanding hasil akhir. Oleh karenanya, dalam memberikan ketiga aspek nilai tersebut, guru ditekankan untuk melakukannya saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan demi menjaga objektivitas penilaian terhadap peserta didik.
 Model penilaian yang dilakukan guru di MIS Andalan Majalengkal, masih menggunakan tes tulisan dan lisan dalam penilaian kognitf, penilaian sikap dalam kerja kelompok dan penilaian karya dalam psikomotorik. Seharusnya guru kebih variatif dalam penilaian untuk mendapatkan nilai yang objektif. Misalnya dalam bentuk pertanyaan atau kuis saat kegiatan pembelajaran, sangat efektif untuk mendapatkan penilaian yang objektif. Hal itu membuat guru mampu menilai kemampuan masing-masing peserta didik.
 Pada tahap penilaian ini hambatan yang dialami guru terdapat pada masing-maisng aspek penilain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada penilaian kognitif hambatannya ialah guru harus berusaha bagaimana caranya agar anak yang tidak mencapai KKM dapat mencapai KKM tersebut sesuai dengan kemampuannya. Untuk penilaian afektif hambatannya terdapat pada lamanya guru dalam menentukan nilai afektif, karena dalam menilai sikap siswa guru tidak bisa hanya menilai pada saat itu, namun dengan bertahap. Sedangkan, untuk penilaian psikomotorik hambatannya adalah ketika anak sulit diajak untuk bekerja secara maksimal ketika hal itu tidak sesuai dengan bidangnya.
 Sekolah berbasis Multiple Iteligences idealnya memiliki konsultan pendidikan sebagai partner dalam penjaminan mutu layanan pendidikannya. Ada beberapa peran penting konsultan pendidikan dalam pendidikan berbasis Multiple Intelligences:
⦁ Penyusunan dalam mengenali kecerdasan siswa
 Idealnya, setiap sekolah berbasis Multiple Intelligences  memiliki tenaga konsultan pendidikan yang selalu inten membantu guru dalam merumuskan strategi-strategi pembelajaran yang efektif. Sedangkan di MIS Andalan Majalengkal, sementara ini belum memiliki, hanya mengandalkan kemampuan guru dan konsultasi dengan kepala sekolah.
⦁ Pelatihan guru
 Mengingat layanan pembelajaran berbasis Multiple Inteligences difokuskan pada keragaman gaya belajar peserta didik, mau tidak mau guru harus kreatif. Inovasi model pembelajar harus selalu dilakukan. Oleh karenanya kegiatan pelatihan guru baik internal sekolah maupun eksternal menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan. Dengan demikian peran konsultan pendidikan untuk memberikan pelatihan kepada penyelenggara pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat penting. Di MIS Andalan Majalengkabelum adanya pengawasan mutu serta pelatihan khusus terkait konsep Multple Intelligences

No comments:

Post a Comment