Monday, October 9, 2017

CONTOH ARTIKEL ILMIAH UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG JATI (UIN SGD) Bandung

A. Pendahuluan
Pembangunan manusia bersumber pada pendidikan baik dari kehidupan keluarga di rumah, maupun pengalaman belajarnya di sekolah dapat memupuk bakat dan kreatifitas para peserta didik dalam mengembangkan sumber daya manusia (Semiawan, 1984). Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi pendidik karena pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan yang juga berkualitas.
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi setiap individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh setiap individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi siswa/peserta didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimikili menjadi kompetensi yang sesuai dengan cita citanya. Program pendidikan dan proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika seperti yang berlangsung saat ini hendaknya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik. Pembelajaran  merupakan suatu upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar  program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.(Suherman, 2001: 8).
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu (Suherman, 2001: 9).



Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Menurut Hudojo (1988: 100), memang tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan dengan sistem klasikal tidak sesuai dengan konsep perbedaan individual, karena sistem klasikal menganggap semua siswa yang di dalam kelas dalam banyak aspek dipandang homogen.
Seorang tokoh yang berpihak kepada perbedaan individu adalah Howard Gardner , seorang professor ilmu syaraf (neorology) dari Universitas Harvard pada tahun 1984. Adanya pandangan dari teori Howard Gardner mengenai perbedaan kecerdasan tersebut yaitu teori  kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran khususnya pembelajaran matematika (Suparlan, 2004: 198).
Menurut Gardner (2003: 34), kecerdasan itu tidak hanya diartikan sebagai IQ saja, namun kecerdasan itu menyangkut kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu. Beliau juga mengatakan bahwa, setiap orang berbeda karena memiliki kombinasi kecerdasan yang berlainan dan kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logis-matematis dan bahasa.
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus teliti dan mempertimbangkan berbagai hal termasuk pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan. Guru harus mengenali dan memahami kecerdasan siswa karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan yang menjadi bukti kemajemukan tersebut harus dijadikan sebagai acuan untuk memperluas fokus dan transformasi materi pada siswa sehingga berdampak pada hasil akhir dalam wujud praktik atau implementasi terhadap apa yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan Kecamatan Majalengka kabupaten Majalengka memasukkan multiple intelligences sebagai salah satu strategi pembelajaran bagi siswa sekolah yang terintegrasi dengan kurikulum yang sudah ada. Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) ini membuktikan bahwa strategi multiple intelligences dapat diberikan dan diterima oleh siswanya.  Penyampaian multiple intelligences berbeda dengan strategi-strategi yang lain, apalagi bila diterapkan pada usia Sekolah Dasar, tentunya memerlukan strategi khusus sehingga maksud dan tujuan dari proses pembelajaran ini dapat tercapai. Strategi multiple intelligences dalam pembelajaran harus menyesuaikan dengan keadaan jiwa anak dalam masa bermain, bebas berekspresi, dan mencoba-coba sesuatu yang baru sesuai dengan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. (Sumber: hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan, 1 Maret 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas serta diiringi dengan keingintahuan yang lebih mendalam tentang penerapan multiple intelligences di sekolah maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul: Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dalam Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan Majalengka.

B. Kajian Teori 

1. Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)

a. Definisi Konsep
Menelaah pengertian mengenai konsep, “secara umum konsep adalah suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek atau kejadian” (Carrol dalam Kardi, 1997:2). Dalam kamus besar bahasa indonesia (Anonimous, 1995: 456) konsep diartikan sebagai “rancangan ide atau pengertian yang diabstraksikan dari pengertian konkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain”

b. Definisi Kecerdasan
Pembicaraan mengenai makna kecerdasan sangatlah luas. Teori-teori kecerdasan terus berkembang, mulai dari Plato, Aristoteles, Darwin, Alferd Binet, Stanberg, Piaget, sampai Howard Gardner. Perkembangan yang pesat ini mengerucut pada pola yang sama,
Semula kajian tetang kecerdasan hanya sebatas kemampuan individu yang bertautan dengan aspek kognitif atau biasa disebut kecerdasan Intelektual yang bersifat tunggal, sebagaimana yang dikembangkan oleh Charles Spearman dengan teori “ Two Factor”-nya, atau Thurstone dengan teory “Primary Mental Abilities”- nya. Dari kajian ini, menghasilkan pengelompokan kecerdasan manusia yang dinyatakan dalam bentuk Intelligent Quotient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (Mental Age) dengan tingkat usia, merentang mulai dari kemampuan dengan kategori Idiot sampai dengan Genius (Weschler dalam Syaodih, 2005: 25).
Daniel Goleman (1999: 23), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenal dengan sebutan EQ (Emotional Quetion). Goleman mengemukankan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Izzudin (2009: 139), menyatakan bahwa orang yang cerdas adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati, orang-orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.

c. Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)
Multiple intelligences adalah sebuah teori kecerdasan yang di munculkan oleh Howard Gardner, adalah seorang pakar psikologi perkembangan dan professor pada Universitas Harvard dari project Zero (kelompok riset) pada tahun 1983. Hal yang menarik dari teori kecerdasan ini adalah terdapat usaha untuk melakukan redefinisi kecerdasan.  Sebelum muncul teori multiple intelligences, teori kecerdasan lebih cenderung diartikan secara sempit. Kecerdasan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kemampuannya menyelesaikan serangkaian tes IQ, kemudian tes itu diubah menjadi angka standar kecerdasan. Gardner berhasil mendobrak dominasi teori dan tes IQ yang sejak 1905 banyak digunakan oleh para pakar psikolog di seluruh dunia (Chatib 2013: 132).
Multiple intelligences punya metode discovering ability, artinya proses menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Kecenderungan tersebut harus ditemukan melalui pencarian kecerdasan. Dalam teori multiple intelligences menyarankan kepada kita untuk mempromosikan kemampuan atau kelebihan dan mengubur kelemahan kita. Proses menemukan inilah yang menjadi sumber kecerdasan seorang anak. Dalam menemukan kecerdasan, seorang anak harus dibantu oleh lingkungan, orang tua, guru, sekolah, maupun sistem pendidikan yang diimplementasikan di suatu negara (Chatib, 2013: 74-78).
Dalam dunia pendidikan, teori Multiple Intelligences memberikan pendekatan pragmatis pada bagaimana kita mendefinisikan kecerdasan dan mengajari kita memanfaatkan kelebihan siswa untuk membantu mereka belajar. Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi sembilan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ  hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003: 17).

d. Macam-macam Kecerdasan
Linguistic intelligences: kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan menangkap kata-kata dan kemampuan menyusun kalimat.Logical mathematical intelligences: kemampuan menghitung, aritmatic, dan berpikir logis, analitis sampai pada sistem berpikir yang rumit.Musical intelligences: kemampuan memahami nada musik. Spatial intelligences: kemampuan untuk melihat sesuatu dalam perspektif (think inpicture), mengekspresikan gagasan dalam gambar. Bodily kinesthetic intelligences: kemampuan mengkoordinasikan fisik/tubuh. Interpersonal intelligences: kemampuan memahami orang lain. Intrapersonal intelligences: kemampuan memahami emosinya sendiri. Naturalist intelligences: kemampuan mengenal benda-benda di sekitar. Kecerdasan eksistensial: kemampuan merasakan dan menghayati berbagai pengalaman nurani atas pelajaran atau pemahaman sesuai keyakinan kepada Tuhan. Biasanya, kecerdasan ini dimiliki oleh para hali spiritual (sufi), ruhaniawan (tokoh agama), atau filsuf.

2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran secara umum adalah suatu proses belajar mengajar. Sama halnya dengan belajar, mengajar pada hakikatnya juga  suatu proses yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar (Sudjana, 1995: 29).
Menurut Amin Suyitno (2006: 1), pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa dimaksud dengan pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi dalam kegiatan belajar mengajar yang terjadi antara guru, peserta didik  dan lingkungan sekitar dalam menguasai beberapa kompetensi terkait matematika.

a. Definisi Matematika
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang menggunakan prinsip deduktif, yaitu suatu prinsip dari tinjauan umum ke tinjauan khusus. Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Ruseffendi, 1988: 148).
Menurut James dan James (2001: 18) dalam kamus matematikanya yang dikutip dalam buku Erman Suherman, bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

b. Karakteristik Matematika
Karakteristik matematika (sumardyono, 2004: 30-42) yaitu sebagai berikut: matematika memiliki objek kajian abstrak yang terdiri dari: Fakta Fakta adalah pemufakatan atau konvensi dalam matematika yang biasanya diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu, Operasi atau relasi Operasi adalah pengerjaan hitung, Konsep Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek, Prinsip Prinsip adalah objek matematika yang terdiri atas beberapa fakta, beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi.
Berdasarkan pengertian dan karakteristik matematika tersebut, maka proses pembelajaran matematika dapat digunakan dengan model kecerdasan ganda (Multiple Intelligences). Berdasarkan teori kecerdasan majemuk, untuk melaksanakan proses pembelajaran matematika agar tumbuh secara optimal, guru harus memperhatikan potensi yang dimiliki siswa, termasuk kecerdasan.
Relevansi teori multiple intelligences dengan pembelajaran matematika adalah penyajian konsep-konsep matematika akan lebih mengena jika dikaitkan dengan karakter (tipikal) masing-masing anak. Hal ini sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

c. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika SD / MI.
Beberapa ciri pembelajaran matematika SD/MI adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral
2) Pembelajaran matematika bertahap
3) Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif
4) Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi
5) Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
d. Tujuan Pembelajaran Matematika

  Prihandoko (2006: 5) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah memberikan bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi materi-materimatematika pada tingkat pendidikan lanjutan. Depdiknas (Prihandoko, 2006: 21) menguraikan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten, serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah.

3. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
a. Perencanaan
Pembelajaran dengan teori inteligensi perlu dipersiapkan sebaik-baiknya. Guru perlu merancang pembelajaran dan apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran. Paul Suparno (2004: 79) menjelaskan beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan yang diinginkan. Adapun Langkah-langkah tersebut yaitu:
1) Mengenal kecerdasan ganda pada siswa
2) Mempersiapkan pengajaran
3) Strategi Pengajaran disesuaikan dengan kecerdasan siswa
4) Menentukan Evaluasi
Struktur dan bentuk lesson plan menurut Munif Chatib (2012: 57) meliputi:
1) Header atau pembuka berisi identitas dan keterangan silabus, antara lain:
a) Nama guru, berisi nama lengkap guru yang membuat lesson plan.
b) Sekolah berisi nama instansi tempat pembelajaran akan berlangsung.
c) Bidang studi berisi mata pelajaran yang akan dipelajari.
d) Kelas/semester
e) Tanggal pembuatan yaitu tanggal pembuatan lesson plan.
f) Tanggal pelaksanaan
2) Content atau isi, berupa aktivitas pembelajaran yang terdiri dari:
a) Apersepsi, meliputi zona alfa, warmer, pre-teach, dan scene setting.
b) Strategi pembelajaran.
c) Prosedur aktivitas.
d) Teaching Aids, peralatan atau perlengkapan.
e) Evaluasi
3) Footer atau penutup
b. Pelaksanaan
Muhammad Yaumi (2012: 47) menjelaskan strategi mengajar dengan menggunakan multiple intelligences sebagai berikut:
1) Mengembangkan kecerdasan Linguistik-verbal, dapat dilakukan oleh guru dengan cara: sumbang pendapat (brainstorming), mendongeng/ bercerita.
2) Mengembangkan kecerdasan logis-matematis, mengajak siswa berfikir kritis.
3) Mengembangkan kecerdasan visual-spasial, guru dapat menerapkan strategi-strategi dengan cara: membuat potongan-potongan kertas warna-warni, mewarnai gambar.
4) Mengembangkan kecerdasan kinestetik, studi lapangan (field trip), bermain peran, berpantomim, menggunakan bahasa tubuh.
5) Mengembangkan kecerdasan musikal, menciptakan dan menyusun musik, membuat konsep lagu untuk materi pembelajaran.
6) Mengembangkan kecerdasan interpersonal, dengan cara jigsaw, mengajar teman sebaya, bekerja tim, diskusi kelompok.
7) Mengembangkan kecerdasan intrapersonal, melakukan tugas mandiri, melakukan refleksi, mengungkapkan perasaan, membuat identitas diri.
8) Mengembangkan kecerdasan naturalistik, adalah: belajar melalui alam, menggunakan alat peraga tanaman.
9) Mengembangkan kecerdasan eksistensialis, adalah: membuat respon tentang sesuatu, membuat panggung beramal, berdiskusi tentang isu-isu sosial.
Pelaksanaan Pembelajaran (Chatib, 2013: 165-167):
1) Kegiatan Pendahuluan (Apersepsi)
Pada kegiatan pendahuluan atau apersepsi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences, setidaknya beberapa langkah yang harus dilakukan guru:
a) Ice Breking.
b) Warmer  adalah mengulang kembali materi yang sebelumnya.
c) Pre-Tech adalah pengarahan sebelum memasuki pembelajaran.
d) Scene Setting mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata.
e) Teaching aid, adalah alat peraga atau alat-alat yang dibutuhkan.
2) Kegiatan Inti
a) Eksplorasi pada tahap ini guru beserta peserta didik mencoba mengkontekstualkan materi yang akan dipelajari dengan permasalahan disekitarnya atau mengkaitkan dengan materi yang lain.
b) Elaborasi merupakan kegiatan yang melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran.
c) Konfirmasi pada tahap ini guru melakukan umpan balik dari hasil eksplorasi dan elaborasi.
3) Kegiatan penutup Pada tahap ini guru bersama murid melakukan review terhadap hasil pembelajaran.
c. Evaluasi/ Penilaian.

C. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis dan metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif karena melalui pengamatan partisipatif dengan tujuan untuk menggambarkan apa adanya dan mengungkap bagaimana implementasi multiple intelligences pada pembelajaran Matematika di MIS Andalan Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.
2. Sumber Data
Sumber data primer (utama) dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data sekunder (tambahan) seperti dokumen-dokumen dan foto. (Moleong, 2009: 157) Adapun sumber data dalam penelitian ini antara lain:
Moh Nazir (2005: 50) menjelaskan bahwa data primer merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama. Hasil dari pengamatan dan wawancara mendalam membatasi kata-kata dan tindakan yang relevan saja kemudian dianalisis menjadi sumber data primer.  Dalam penelitian ini yang menjadi sumber utama yaitu: kepala sekolah, guru, dan siswa di MIS Andalan Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.
Sumber tertulis merupakan sumber kedua dan merupakan bahan tambahan yang dapat dibagi atas sumber buku, majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi dan resmi. (Moleong, 2009: 159). Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk mendukung pembahasan-pembahasan yang ada dalam penelitian ini. Adapun data sekunder meliputi dokumen-dokumen yang berupa program sekolah, rencana pembelajaran, data siswa, fasilitas, foto, serta penilaian/ evaluasi yang kesemuanya berkaitan dengan penerapan multiple intelligences di MIS Andalan Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang utama ialah peneliti sendiri.  Pada awal penelitian penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan alat dari awal sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung diperoleh fokus yang lebih jelas melalui wawancara (Nasution, 2003: 34).
4. Keabsahan Data
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu (Sugiyono, 2010: 368). Triangulasi yang digunakan peneliti untuk mengabsah data adalah triangulasi teknik dan sumber.
a. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti mengungkap data tentang penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences dengan teknik wawancara, observasi, dan kemudian dengan dokumentasi.
b. Triangulasi sumber triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan  dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Peneliti menggali informasi dari guru kelas, lalu triangulasi ke kepala sekolah kemudian merambah ke siswa.
5. Analisis Data
Analisis data penelitian kualitatif  dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti membuat diagram-diagram, tabel, gambar-gambar, dan bentuk-bentuk pemaduan fakta lainnya. Hasil analisis data, diagram, bagan, tabel, dan gambar-gambar tersebut diinterpretasikan, dikembangkan menjadi proposisi dan prinsip-prinsip (Syaodih, 2008: 115).
penulis mengacu pada (Moleong, 2002: 190-193) yang mengatakan bahwa untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif dalam penelitian ini adalah:
1. Pemrosesan data.
2. Kategorisasi.
3. Penafsiran data.


D. Hasil Penelitian

Dalam praktiknya, secara garis besar penerapan pembelajaran berbasis Multiple intelligences di MIS Andalan memuat tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
1. Deskripsi Perencanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
Atih, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan menuturkan, bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun oleh guru sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Menurutnya, rencana pembelajaran yang baik dan terperinci akan membuat guru mudah dalam menyampaikan materi pelajaran, pengorganisasian peserta didik, maupun saat evaluasi pembelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran akan terarah dengan rapi dan baik (wawancara, tanggal 30 maret 2017).
 Pembelajaran dengan menerapkan teori kecerdasan perlu disiapkan sebaik-baiknya. Hal tersebut akan berkaitan dengan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Secara umum, Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan memiliki dua tahap dalam mempersiapkan pembelajaranberbasis multiple intelligences, yaitu:

a. Mengenali Kecerdasan Siswa
 Hal yang dilakukan guru untuk mengenali kecerdasan masing masing siswa adalah dengan secara sederhana dengan melihat keseharian siswa serta nilai akhir, hal ini dituturkan oleh guru kelas IV yang bernama Yani haryani: “Yang pertama disini di lihat dari nilai harian, yang kedua nilai sikap,kemudian yang ketiga kegiatan sehari-hari” (wawancara, tanggal 6 April 2017). Begitu juga kepala sekolah MIS Andalan mengungkapkan bahwa untuk mengenali kecerdasan siswa adalah: “Ya bisa di lihat ketika ada latihan untuk menjelang kenaikan kelas, siswa-siswa kan di latih seperti  dalam nyanyian atau dalam musik, jadi ketahuan mana siswa yang berbakat dan tidak dalam bidang tersebut” (wawancara, tanggal 8 April 2017).


b. Menyusun Rencana Pembelajaran/ Lesson Plan
 Rencana pembelajaran/ lesson plan digunakan sebagai perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan pembelajaran.RPP berisi gambaran umum alur pembelajaran guru yang akan dilaksanakan.Dari hasil observasi peneliti, lesson plan yang dibuat oleh guru disiapkan secara sederhana dengan menuliskan rencana pembelajaran dalam buku yang sudah sengaja disiapkan khusus untuk menuliskan rencana pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan peryataan kepala sekolah: “Rencana, RPP untuk pembelajaran. Selain RPP juga untuk kegiatan sehari-harinya biasa diadakan agenda harian, punya catatan kecil sih setiap guru untuk mempersiapkan pembelajaran” (wawancara, tanggal 8 April 2017). Serta pernyataan guru : “Kalau rencana yang pertama membuat RPP, kedua agenda harian serta ketiga membuat catatan kecil supaya pembelajaran lebih terarah” (wawancara, tanggal 6 April 2017).
 Berikut ini adalah gambar rencana pembelajaran/ lesson plan yang dituliskan oleh guru sebagaimana disebutkan oleh guru dan Kepala Sekolah berupa coret-coretan:


(CORAT CORET )

 Kemudian, Secara umum berdasarkan hasil analisis dokumen lesson plan, rencana pembelajaran yang dibuat guru adalah memuat aspek-aspek sebagai berikut:
1) Standar Kompetensi
2) Kompetensi Dasar
3) Indikator
4) Alfa zone
5) Scene setting
6) Kegiatan
7) Teaching Aids, peralatan atau perlengkapan
2. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
Aktivitas dalam pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences di MIS Andalan secara garis besar  terangkum ke dalam tiga tahapan, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a. Pendahuluan (Apersepsi)
 Dalam pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences di MIS Andalan, aktivitas yang dilakukan guru dalam tahap ini meliputi:

1) Ice Breaking/Alfa Zona
 alfa zona, berdasarkan hasil wawancara dengan guru, alfa zonaadalah kaitanya dengan otak, dimana kondisi otak siap dalam menerima pembelajaran. kegiatan pada zona alfa yang sering dilakukan guru antara lain: tanya jawab seputar kebiasaan anak, gerakan-gerakan refleksi, bernyanyi (wawancara, tanggal 6 April 2017).
 Berikut adalah dokumentasi yang diperoleh peneliti saat kegiatan alfa zona

(foto)

2) Warmer
 kegiatan yang dilakukan guru pada saat kegiatan warmer adalah dengan mengulang materi yang telah disampaikan sebelumya. Hal tersebut ditegaskan oleh guru kelas pada wawancara yang dilakukan peneliti. yaitu: “Tanya jawab kadang, ya seputar materi yang telah di sampaikan kemudian di kaitkan dengan materi yang sekarang akan di bahasseperti itu ya dan sebagainya” (wawancara, tanggal 6 April 2017).

3) Pre Tech
 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru,pre-teach merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran, yaitu guru memberikan gambaran mengenai materi yang akan di bahas (wawancara guru kelas II, tanggal 6 April 2017).Pada tahap ini guru memberikan arahan terkait prosedur yang harus dilakukan terkait model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Misalnya dalam model diskusi, guru memberikan arahan terkait bagaimana pembentukan kelompok dan tugas masing-masing kelompok. Pre Tech dilakukan bersamaan ketika guru mengkondisikan peserta didik sesuai model pembelajaran yang ingin dilakukan.

4) Scene Setting
 Scene setting merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk membangun konsep awal, hal tersebut diungkapkan oleh guru kelas II (wawancara, tanggal 6 April 2017). Scene Setting menjadi awal dari kegiatan inti pembelajaran. Aktivitas yang dilakukan guru pada tahap ini adalah mencoba untuk mengkontekstualkan materi yang akan di sampaikan. Hal ini dilakukan agar peserta didik mempunyai gambaran riil terkait materi yang akan dipelajari dengan konteks kehidupan nyata. Dengan demikian akan muncul kegairahan peserta didik untuk mempelajari materi tersebut.

b. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
 Kegiatan eksplorasi dalam kerangka pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences di MIS Andalan, telah termuat dalam aktivitas Scene Setting pada tahap pendahuluan. Hal ini tidak menjadi permasalahan, mengingat aktivitas dalam Scene Setting mengantarkan anak menuju kegiatan inti pembelajaran. Di samping itu, muatan kegiatan eksplorasi adalah mengkontekstualkan materi pelajaran. Hal ini sama halnya yang dilakukan dalam aktivitas Scene Setting(wawancara, tanggal 6 April 2017).

2) Elaborasi (Prosedur Aktivitas)
 Elaborasi merupakan aktifitas melibatkan partisipasi aktif peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, dalam pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dikenal dengan prosedur aktivitas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perwujudan active learning. Pada tahap ini guru mulai menerapkan berbagai strategi atau model pembelajaran, tergantung situasi dan kondisi kelas dan materi yang akan disampaikan. Strategi pembelajaran berbasis Multiple Intelligences yang dikembangkan di MIS Andalan, mengacu pada prinsip active learning. Metodologi yang sering dipakai dalam pembelajaran di MIS Andalan adalah diskusi, make a match, dan analogi. Guru melakukan variasi model untuk mengembangkan multiple intelligences, hal ini menjadi bagian faktor pendukung keberhasilan pembelajaran dikelas secara aktif, inovatif dan menyenangkan.

3) Konfirmasi
 Tahap konfirmasi merupakan follow up dari dua tahap sebelumnya (eksplorasi dan elaborasi). Setelah selesai menyampaikan materi pelajaran, guru menarik kesimpulan dan memberi umpan balik kepada peserta didik atas materi yang disampaikannya. Setelah itu, guru baru mengakhiri kegiatan pembelajarannya. Beberapa guru terkadang lupa melakukan kegiatan ini. Padahal, hal ini penting untuk mensinergikan pengetahuan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan, agar terbentuk pemahaman yang sama. (berdasarkan hasil observasi pelaksanaan, tanggal 3 dan 4 April 2017).

 Kegiatan  pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences:
1) Kecerdasan Lingusitik-verbal
 Beberapa kegiatan matematika yang sering guru lakukan untuk mengembangkan kecerdasan linguistik-verbal siswa adalah dengan meminta siswa membacakan atau mempresentasikan hasil belajar di depan kelas, memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat atau kesempatan siswa untuk berbicara dan memberikan kesempatan siswa untuk menulis.
2) Kecerdasan Matematis-logis
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mngembangkan kecerdasan ini yaitu melatih siswa untuk berpikir logika sebagaimana yang diungkapkan oleh guru MIS Andalan, pengembangan kecerdasan Matematis-Logis: “Yaitu menerapkan atau membuat soal terus siswa di minta untuk membuat soal atau menyelesaikan soal sesuai dengan kehidupan sehari-hari, jadi harus berpikir logika” (wawancara, tanggal 6 April 2017).
3) Kecerdasan Visual-spasial
 Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial di dorong guru dengan berbagai macam kegiatan. Disampaikan oleh guru dalam wawancara bahwa kegiatan yang biasa dilakukan dalam mengembangkan kecerdasan visual-spasial antara lain dengan menampilkan gambar (wawancara, tanggal 6 April 2015).
4) Kecerdasan Kinestetik
Berdasarkan hasil observasi peneliti, kegiatan yang sering guru lakukan dalam mengembangkan kecerdasan kinestetik siswa adalah dengan mengajak siswa untuk melakukan gerak fisik.
5) Kecerdasan Musikal
 Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan musikal sudah sering peneliti dapati ketika proses pembelajaran berlangsung. Guru biasanya mengajak siswa bernyanyi ketika proses pembelajaran, baik ketika melakukan kegiatan untuk alfa zone ataupun ketika bernyanyi yang kaitannya dengan materi pembelajaran.
6) Kecerdasan Interpersonal
 Bedasarkan hasil wawancara dengan guru pada tanggal 6 April 2017, guru mengatakan bahwa kegiatan yang paling sering dilakukan adalah diskusi. Selain itu, kegiatan lain ada seperti: kerja kelompok, mengajari teman yang belum paham. Pengembangan untuk kecerdasan interpersonal ini telah dilakukan guru namun belum maksimal.
7) Kecerdasan Intrapersonal
 Kegiatan untuk mengembangkan kecerdasan intrapersonal,belum banyak yang dilakukan oleh guru dalam Pembelajaran, ada beberapa yang dilakukan. Hal tersebut telah disampaikan guru: “Kegiatan yang di berikan itu biasannya memberikan tugas individu dan mengajari siswa yang belum paham secara personal atau secara masing-masing” (wawancara, tanggal 6 April 2017).
8) Kecerdasan Naturalis
 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru untuk mengembangkan kecerdasan naturalis, kegiatan yang diberikan adalah observasi lingkungan, contoh konkrit untuk pembelajaran matematika (wawancara, tanggal 6 April 2017).
9) Kecerdasan Eksistensialis
 Di MIS Andalan, kecerdasan eksistensialislebih diartikan sebagai kecerdasan spiritual, dimana maksud dari dua kecerdasan tersebut sama-sama berkaitan dengan Tuhan, Kegiatan yang diupayakan guru untuk mengembangkan kecerdasan eksistensialis. Pengembangan untuk kecerdasan ini dijelaskan oleh guru lebih banyak dilakukan di luar jam pembelajaran, namun untuk kegiatan yang dilakukan dikelas juga tetap ada.

c. Kegiatan penutup
 Sama halnya dengan kegiatan pembelajaran pada umumnya, pembelajaran matematika diakhiri dengan kegiatan penutup. Kegiatan yang sering dilakukan pada tahap ini adalah penyampaian materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, memberikan tugas individu (pekerjaan rumah), berdoa bersama, kemudian ucapan salam penutup sebelum guru meninggalkan kelas.

3. Deskripsi Evaluasi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Setelah pelaksanaan pembelajaran berlangsung, hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran matematika yang berlangsung di MIS Andalan sama halnya denganevaluasi pembelajaran pada mata pelajaran umumnya. Penilaian pembelajaran matematika yang digunakan adalah bentuk penilaian autentik.
a. Penilaian kognitif
 Berdasarkan hasil wawancara oleh guru alat penilaian kognitif yang digunakan dalam menilai siswa pada pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan tes lisan, tes tertulis dan penugasan baik individu atau kelompok. Guru juga menyampaikan bahwa tes dilakukan ketika ada kesempatan mengambil nilai, sehingga tidak hanya ketika akhir subtema tertentu saja (wawancara guru, tanggal 6 April 2017).
b. Penilaian afektif/ sikap
 aspek afektif lebih menekankan pada sisi perilaku peserta didik pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Bagaimana sikap, tutur kata, atau perbuatan lain yang dilakukan peserta didik saat KBM  berlangsung dinilai dalam ranah afektif. Penilaian sikap biasa dilakukan guru dengan pengamatan sikap siswa dalam berdoa di kelas, dalam pembelajaran, ketika siswa melakukan sholat dhuha dan zuhur ataupun ketika sedang diluar jam pembelajaran dan itu tidak menggunakan rubrik penilaian tertentu, hanya benar-benar pengamatan guru (wawancara guru, tanggal 6 April 2017). Sedangkan untuk penilaian diri belum dilaksanakan.
c. Penilaian psikomotorik
 Alat  penilaian  psikomotorik yang   biasa  digunakan   dalam  pembelajaran matematika untuk menilai psikomotorik siswa antara lain dengan menggunakan unjuk kerja dan praktek.Hal itu disampaikan oleh guru kelas II pada saat wawancara tanggal 6 April 2017, yaitu guru meminta anak membuat jaring-jaring kubus, lalu menghubungkannya menjadi sebuah kubus.

E. Pembahasan

 Dari hasil dokumentasi dan pengamatan pembelajaran selama penelitian, penerapan strategi pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligencesdi MIS Andalan dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Analisis Perencanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Untuk mengetahui gaya belajar peserta didik tersebut, sekolah berbasis Multiple Intelligences melakukan sebuah tes TIMI (Tes Interesting Multiple Intelligences) untuk mengenali kecerdasan masing-masing siswa diawal masuk sekolah pada saat siswa kelas satu serta tes setiap tahunnya untuk siswa di kelas berikutnya. Di samping itu, sekolah/guru memiliki panduan dalam membuatpengelompokan kelas serta penyusunan rencana pembelajaran yang efektif. Namun di MIS Andalan belum melakukan tes tersebut karena minimnya sumber daya manusia serta akses jalan yang jauh dari perkotaan.
 MIS Andalan dalam mengenali kecerdasan siswa dilakukan secara sederhana, yaitu dengan melakukan observasi di kelas serta di luar kelas, hanya sebatas dilihat dari keseharian siswa. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Paul Suparno (2004: 79), bahwa terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences, yang salah satunya adalah mengenal kecerdasan ganda pada siswa.
 Penyusunan lesson plan dibuat untuk memberikan panduan praktis guru sebelum mengajar yang digunakan sebagai perencanaan untuk memberi arahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar dikelas menyusun rencana pembelajaran/ lesson plan secara sederhana dengan membuat coret-coretan, dalam artian guru menuliskannya pada buku khusus untuk membuat rencana pembelajaran. Temuan terkait pembuatan rencana pembelajaran/ lesson plan tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Munif Chatib (2013: 192) bahwasanya lesson plan digunakan sebagai perencanaan yang dibuat oleh guru sebelum mengajar untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan pembelajaran. Struktur atau aspek yang terdapat pada lesson plan meliputi: 1) header, yang meliputi identitas sekolah dan keterangan silabus, 2) content atau isi, yang meliputi apersepsi dan motivasi, prosedure activities/ kegiatan pembelajaran, peralatan dan evaluasi, 3) footer atau penutup.
 Berdasarkan hasil temuan penelitian, guru telah membuat lesson plan yang hampir sama dengan yang dibuat oleh Munif Chatib. Namun, masih banyak aspek yang tidak dituliskan guru seperti pada bagian header dan footer. Pada bagian header guru hanyamencantumkan tema, KD dan indikator.  Sebagian besar aspek pada isi sudah dituliskan oleh guru yang meliputi alfa zona, scenee setting, kegiatan pembelajaran, dan peralatan. Sedangkan pada bagian footer/ penutup tidak dituliskan oleh guru.
 Melihat perencanaan pembelajaran yang telah dilakukan di MIS Andalan, secara garis besar belum maksimal dalam mengembangkan konsep multiple intelligences, hal itu disebabkan kurangnya sumber daya manusia dan akses tempat yang jauh dari perkotaan. MIS Andalan sedang mencoba sedikit demi sedikit untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan diterapkannya konsep multiple intelligences.
2. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran matematika yang berjalan di sekolah biasa dengan di sekolah berbasis Multiple Inteligencesseperti di MIS Andalan  tidak jauh berbeda. Perbedaannya hanya terletak pada pemilihan strategi pembelajaran yang berorientasi pada gaya belajar setiap anak. Oleh karenanya strategi pembelajaran yang di kembangkan lebih bervariasi sesuai dengan banyaknya kecenderungan kecerdasan peserta didik. Artinya gaya mengajar guru harus disesuaikan gaya belajar peserta didik.
 Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemampuan mengatur dan mengolah informasi. Sedangkan gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai guru ketika sedang melakukan pengajaran (Suparman, 2010: 6). Menurut Uyoh Sadullah(2010: 146), dalam interaksi pedagogis pendidik harus memperhatikan minat anak didik, karena dalam diri anak didik akan muncul perasaan bahwa interaksi dengan pendidik yang sedang dijalani akan berguna bagi dirinya.Hal itu hanya mungkin terjadi apabila yang menjadi pokok kegiatan dapat menjawab keperluan anak didik dalam perkembangannya. Lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak didik akan diterima dengan senang oleh anak.
 Meski pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan telah diarahkan menggunakan konsep MultipleInteligences, namun dalam praktiknya konsep ini tidak di pakai secara murni. Artinya ada beberapa konsep yang tidak bisa dilaksanakan. Pertama, pembelajaran berbasis MultipleIntelligences idealnya menggunakan model pengelompokan kelas secara homogen. Peserta didik dengan kecenderungan kecerdasan yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelas.Kedua, dalam praktiknya beberapa guru kesulitan dalam membuat Ice Breaking.Ketiga, beberapa materi pelajaran tidak dapat disampaikan kedalam delapan bentuk pendekatan kecenderungan kecerdasan peserta didik. Keempat, Pada tahap pelaksanaan, hambatan yang dialami guru adalah kesulitan untuk mengembangkan kesembilan jenis kecerdasan dalam satu waktu.
2. Analisis Evaluasi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences
 Evaluasi atau Penilaian hasil belajar menjadi komponen penting yang harus dilakukan untuk mengetahui pengetahuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diterimanya. Bentuk penilaian pembelajaran matematika yang dilakukan di MIS Andalan mencakup tiga ranah, kognitif, afektif, dan psikomotorik.Pembelajaran berbasis Multiple Intelligenceslebih mengedepankan proses dibanding hasil akhir. Oleh karenanya, dalam memberikan ketiga aspek nilai tersebut, guru ditekankan untuk melakukannya saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan demi menjaga objektivitas penilaian terhadap peserta didik.
 Model penilaian yang dilakukan guru di MIS Andalan, masih menggunakan tes tulisan dan lisan dalam penilaian kognitf, penilaian sikap dalam kerja kelompok dan penilaian karya dalam psikomotorik. Seharusnya guru kebih variatif dalam penilaian untuk mendapatkan nilai yang objektif. Misalnya dalam bentuk pertanyaan atau kuis saat kegiatan pembelajaran, sangat efektif untuk mendapatkan penilaian yang objektif. Hal itu membuat guru mampu menilai kemampuan masing-masing peserta didik.

F. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Penerapan konsep Multiple Intelligences dalam pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan Majalengka yang didukung oleh landasan teori, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam penerapannya memuat tiga langkah berikut:
1. Perencanaan Pembelajaran matematika berbasis mutiple intelligences
Perencanaan pembelajaran matematika terdiri dari dua tahapan, yaitu mengenali kecerdasan siswa denganmelihat keseharian siswa guru melakukan observasi di kelas dan di luar kelas dan menyusun rencana pembelajaran/ lesson plan yang dituliskan pada buku khusus milik guru berupa coret-coretan. Aspek yang terdapat pada rencana pembelajaran/ lesson plan tersebut setidaknya meliputi tema, indikator, kegiatan alfa zona, scene setting, kegiatan pembelajaran, serta alat bahan yang dibutuhkan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran matematika berbasis multiple intelligences
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran matematika sudah melakukan kegiatan untuk memberikan apersepsi dan motivasi serta melakukan kegiatan-kegiatan berbasis multiple intelligences. Apersepsi dan motivasi tersebut berupa kegiatan alfa zona seperti bernyanyi dan melakukan gerakan refleksi, Warmer dengan mengulang materi sebelumnya, pre-teach dengan memberikan penjelasan awal jalannya proses pembelajaran, dan scene setting dengan pemberian konsep awal terhadap materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran matematika menjadi pembelajaran yang menyenangkan. Sedangkan dalam kegiatan pembelajaran siswa difasilitasi untuk belajar melalui kesembilan jenis kecerdasan, yaitu: linguistikverbal, matematis-logis, visual-spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensialis. Meskipun, kesembilan jenis kecerdasan tersebut tidak dilakukan dalam satu waktu.
3. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara autentik dengan menggunakan tiga  ranah yaitu; a) kognitif dengan tes lisan, tertulis dan penugasan, b) afektif dengan observasi, melihat keseharian siswa dalam proses pembelajaran, c) Psikomotorik dengan praktek atau membuat karya.Di samping itu, sistem evaluasi hasil dalam pembelajaran matematika di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan, tidak memakai sistem peringkat. Hal ini untuk menghindari munculnya justifikasi anak cerdas atau bodoh. Prinsip yang dipegang dalam multiple intelligences, bahwa setiap anak adalah cerdas.

No comments:

Post a Comment