Monday, October 9, 2017

CONTOH PENDAHULUAN SKRIPSI UNIVERSITAS SUNAN GUNUNG JATI (UIN SGD) Bandung

⦁ Latar Belakang Masalah
Pembangunan manusia bersumber pada pendidikan baik dari kehidupan keluarga di rumah, maupun pengalaman belajarnya di sekolah dapat memupuk bakat dan kreatifitas para peserta didik dalam mengembangkan sumber daya manusia (Semiawan, 1984). Hal ini merupakan tantangan yang berat bagi pendidik karena pendidikan yang berkualitas akan mencetak generasi masa depan yang juga berkualitas.
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi setiap individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh setiap individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi siswa/peserta didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimikili menjadi kompetensi yang sesuai dengan cita citanya. Program pendidikan dan proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika seperti yang berlangsung saat ini hendaknya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik. Pembelajaran  merupakan suatu upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar  program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
(Suherman, 2001: 8).



Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu (Suherman, 2001: 9).
Salah satu karakteristik  penting dari peserta didik yang perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah bakat dan kecerdasan individunya. Guru yang tidak memahami kecerdasan dari peserta didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Pada hakikatnya, kecerdasan menduduki tempat yang begitu penting dalam dunia pendidikan, namun seringkali kecerdasan ini dipahami secara parsial oleh sebagian kaum pendidik.
Guru perlu memiliki pengetahuan mengenai siapa siswa tersebut dan bagaimana karakteristiknya ketika memasuki suatu proses belajar dan mengajar di sekolah. Siswa mempunyai latar belakang tertentu, yang menentukan keberhasilannya dalam mengikuti proses belajar. Tugas guru adalah mengakomodasi keragaman antar siswa tersebut sehingga semua siswa dapat mencapai tujuan pengajaran (Supriadi, 2005: 79). Agar pelayanan pendidikan yang selama ini diberikan peserta didik mencapai sasaran optimal, maka pembelajaran harus diselaraskan dengan potensi peserta didik (Uno dan Masri, 2009: 3). Karena itu guru perlu melakukan pelacakan potensi peserta didik.  
Pembelajaran akan efektif ketika memperhatikan perbedaan perbedaan individual.  Setiap anak dilahirkan dengan kondisi yang terbaik (cerdas) dan membawa potensi serta keunikan masing-masing yang memungkinkan untuk menjadi yang terbaik. Hal ini telah difirmankan oleh Allah SWT dalam surat At-Tiin: 4
        
 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Manusia diciptakan oleh Allah dalam bentuk sebaik-baiknya. Setiap manusia memiliki keunikan tersendiri. Tidak seorangpun manusia di dunia ini yang diciptakan sama. Hal inilah yang sejak lama dalam ilmu pendidikan dikenal dengan konsep perbedaan individual.
Pola pendidikan yang terjadi saat ini masih banyak yang mengedepankan keseragaman dan pengukuran siswa yang cerdas hanya terbatas pada intelligence quotient (IQ) saja.  Penggalian kecerdasan peserta didik masih sangat jarang dilakukan sebagai sandaran utama untuk mengawali setiap rancangan pembelajaran, strategi dan pendekatan yang digunakan, serta evaluasi yang ditetapkan. Kecenderungan minat, bakat, talenta dan keterampilan dasar belum menjadi bagian yang integral.
  Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Menurut Hudojo (1988: 100), memang tidak ada dua individu yang persis sama, setiap individu adalah unik. Jika perbedaan individu kurang diperhatikan, maka banyak siswa akan mengalami kesulitan belajar dan kegagalan belajar Oleh karena itu pembelajaran yang dilakukan dengan sistem klasikal tidak sesuai dengan konsep perbedaan individual, karena sistem klasikal menganggap semua siswa yang di dalam kelas dalam banyak aspek dipandang homogen.
Seorang tokoh yang berpihak kepada perbedaan in/dividu adalah Howard Gardner , seorang professor ilmu syaraf (neorology) dari Universitas Harvard pada tahun 1984. Adanya pandangan dari teori Howard Gardner mengenai perbedaan kecerdasan tersebut yaitu teori  kecerdasan majemuk (Multiple Intelligences) telah membangkitkan gerakan baru pembelajaran khususnya pembelajaran matematika (Suparlan, 2004: 198).
Menurut Gardner (2003: 34), kecerdasan itu tidak hanya diartikan sebagai IQ saja, namun kecerdasan itu menyangkut kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan produk mode yang merupakan konsekuensi dalam suasana budaya atau masyarakat tertentu. Beliau juga mengatakan bahwa, setiap orang berbeda karena memiliki kombinasi kecerdasan yang berlainan dan kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logis-matematis dan bahasa.
Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus teliti dan mempertimbangkan berbagai hal termasuk pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan. Guru harus mengenali dan memahami kecerdasan siswa karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan yang menjadi bukti kemajemukan tersebut harus dijadikan sebagai acuan untuk memperluas fokus dan transformasi materi pada siswa sehingga berdampak pada hasil akhir dalam wujud praktik atau implementasi terhadap apa yang telah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila guru sudah menyampaikan dan menularkan pengetahuan yang dimiliki dengan teknik atau metode yang tepat dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kecerdasan majemuk yang ada pada siswa serta peluang dan sumberdaya lokal yang ada maka semua siswa akan lebih mudah dan terangsang untuk memperhatikan dari awal pembelajaran sampai akhir dengan semangat belajar yang tinggi.
Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan Kecamatan Cimerak kabupaten Majalengka memasukkan multiple intelligences sebagai salah satu strategi pembelajaran bagi siswa sekolah yang terintegrasi dengan kurikulum yang sudah ada. Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) ini membuktikan bahwa strategi multiple intelligences dapat diberikan dan diterima oleh siswanya.  Penyampaian multiple intelligences berbeda dengan strategi-strategi yang lain, apalagi bila diterapkan pada usia Sekolah Dasar, tentunya memerlukan strategi khusus sehingga maksud dan tujuan dari proses pembelajaran ini dapat tercapai. Strategi multiple intelligences dalam pembelajaran harus menyesuaikan dengan keadaan jiwa anak dalam masa bermain, bebas berekspresi, dan mencoba-coba sesuatu yang baru sesuai dengan tingkat kecerdasan yang dimilikinya. (Sumber: hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan, 1 Maret 2017).
Adapun penguat latar belakang melakukan penelitian mengenai implementasi multiple intelligences dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan Almira Amir (2013: 12) dengan judul “Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan  Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences)” hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk melaksanakan proses pembelajaran matematika agar tumbuh secara optimal, guru harus memperhatikan potensi yang dimiliki siswa, termasuk kecerdasan. Guru perlu menyadari bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh masing-masing siswa adalah berbeda-beda. Oleh karena itu, guru harus mampu mengemas setiap materi pembelajaran matematika dengan menarik yang disertai dan sarat dengan pengetahuan yang disesuaikan dengan kondisi lokal dan potensi yang ada pada siswa atau peserta didik.
Penelitian  berikutnya adalah  penelitian yang dilakukan oleh Maaratus, et.al (2015: 148-149) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Brayublandong Mojokerto” rata-rata hasil belajar menggunakan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences adalah sebesar 81,04 sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang tidak menggunakan pembelajaran berbasis Multiple Intelligences sebesar 71,95. Pembelajaran berbasis Multiple Intelligences dalam penelitian ini efektif dengan rata-rata hasil belajar siswa = 81,04 ≥ KKM = 70, rata rata aktivitas guru  sebesar 3,88 dengan kriteria sangat baik, rata-rata aktivitas siswa sebesar 3,58 dengan kriteria sangat baik, dan rata-rata respon positif siswa sebesar 97,39% dengan kriteria sangat kuat.
Berdasarkan latar belakang di atas serta diiringi dengan keingintahuan yang lebih mendalam tentang penerapan multiple intelligences di sekolah maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul: Implementasi Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dalam Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan Majalengka.

⦁ Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
⦁ Bagaimana perencanaan pembelajaran matematika berbasis multiple intelligences di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan?
⦁ Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis multiple intelligences di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan?
⦁ Bagaimana evaluasi pembelajaran matematika berbasis multiple intelligences di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan?
⦁ Tujuan Penelitian
Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP) IAID (2001: 13) mengemukakan bahwa tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
⦁ Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran matematika berbasis multiple intelligences di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan.
⦁ Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis multiple intelligences di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan.
⦁ Mendeskripsikan evaluasi pembelajaran matematika berbasis multiple intelligences di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Andalan.

⦁ Kegunaan Penelitian
Arikunto (2006: 32) menyatakan bahwa syarat utama dalam penelitian adalah penelitian itu memberikan hasil yang berguna.
⦁ Kegunaan secara teoretis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan sebagi salah satu komponen teoritik dalam pendidikan, sehingga menjadi kontribusi pemikiran dan khazanah dalam pendidikan, serta sebagai wahana untuk memperkaya khazanah pengetahuan kita terutama dalam bidang multiple intelligences. Tentunya, hasil penemuan ini di masa yang akan datang dapat lebih dikembangkan dan dilengkapi oleh para peneliti berikutnya dalam upaya pengembangan konsep-konsep pendidikan terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran.


⦁ Kegunaan Secara Praktis
 Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para praktisi pendidikan, baik pengelola lembaga atau para guru.
⦁ Bagi Sekolah
⦁ Memberi evaluasi terkait penerapan pembelajaran berbasis multiple intelligences di sekolah tersebut.
⦁ Meningkatkan motivasi untuk pihak sekolah agar bersama-sama menjadikan MIS Andalan menjadi sekolah yang lebih berhasil dalam menerapakan pembelajaran berbasis multiple intelligences untuk peserta didiknya.
⦁ Bagi Guru
⦁ Memberikan evaluasi pembelajaran berbasis multiple intelligences di kelas sebagai sarana evaluasi pembelajaran kedepannya.
⦁ Meningkatkan motivasi bagi guru untuk lebih menyiapkan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan pada peserta didik.
⦁ Bagi siswa
 Dapat belajar sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya, siswa dapat mengembangkan potensi dan kecerdasan yang dimilikinya, karena evaluasi yang sudah diberikan untuk guru dan pihak sekolah (Kepala Sekolah).
⦁ Bagi penulis
 Sebagai wahana penambah keilmuan tentang kependidikan terutama dalam bidang yang menitik beratkan pada konsep multiple intelligences yang diterapkan di sekolah.

No comments:

Post a Comment