Sains adalah proses sepanjang hayat sebagaimana belajar berhitung.
Anak-anak dari segala jenis usia akan memperoleh manfaat dengan menganalisis
keadaan-keadaan di sekitarnya yang mengadung unsur sains. Anak-anak perlu
didorong agar memperoleh lebih banyak pengalaman sains di alam, kemudian
menjelaskan peristiwa-peristiwa yang mereka lihat, menanyakannya, dan
menganalisis cara peristiwa-peristiwa itu terjadi.
Jika kita tidak menginteraksikan sains kepada anak-anak sejak dini,
maka sama artinya kita mencetak anak-anak yang sukar menganalisis peristiwa
sains. Dengan demikian, ketika kita menginginkan anak-anak kita memiliki
kinerja yang baik saat duduk di jenjang sekolah yang lebih tinggi, maka sains
mesti kita ajarkan sejak taman kanak-kanak.
Seorang guru mesti membiarkan anak-anak bereksperimen. Kegiatan
eksperimen itu bisa berupa mengumpulkan batu, melempar bola, membaca gambar,
menambah kosakata dengan saling bertukar pikiran, dan memberi kesempatan mereka
untuk bertanya serta mencari jawabannya. Kesemuanya itu dimasukkan ke dalam
kurikulum untuk pendidikan prasekolah.
Mungkin ada sebuah pertanyaan yang sekarang muncul di dalam benak
kita, sains itu terjadi kapan saja? Sejatinya, ada banyak kegiatan sehari-hari
yang mengandung inti konsep dasar sains. Menuangkan minuman memberikan
penjelasan tentang sifat zat cair yang mengalir dari atas ke bawah. Kincir
kertas yang berputar karena ditiup angin, bola menggelinding di atas bidang
miring adalah beberapa kegiatan yang nampaknya remeh tetapi membuka peluang
bagi anak-anak untuk mengajukan pertanyaan: mengapa perstiwa-peristiwa tersebut
dapat terjadi.
Sains dan pengajaran sains tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat
ilmiah saja, melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting yang menjadi
bagian sains. Pertama, adalah muatan sains (content of science) yang
berisi berbagai fakta, konsep, hukum, dan teori-teori. Dimensi inilah yang
menjadi obyek kajian ilmiah manusia.
Dimensi kedua sains adalah proses dalam melakukan
aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivis sains. Proses dalam melakukan
aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains biasa disebut dengan keterampilan
proses sains (science proccess skills). Keterampilan proses inilah yang
digunakan setiap ilmuwan ketika mengerjakan aktivitas-aktivitas sains. Karena
sains adalah tentang mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, maka keterampilan ini dapat juga
diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari ketika kita menemukan
persoalan-persoalan keseharian dan kita harus mencari jawabannya. Jadi,
mengajarkan keterampilan proses sains pada siswa sama artinya dengan
mengajarkan keterampilan yang nantinya akan mereka gunakan dalam kehidupan
keseharian mereka.
Dimensi ketiga dari sains merupakan dimensi yang terfokus
pada karakteristik sikap dan watak ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan
seseorang dan besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi
untuk mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan. Sikap lain yang juga
harus dimiliki seorang ilmuwan adalah sikap menghargai terhadap metode-metode
dan nilai-nilai di dalam sains. Metode-metode sains yang dimaksud di sini
meliputi usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan menggunakan bukti-bukti,
kemauan untuk mengakui pentingnya mengecek ulang data yang diperoleh, dan
memahami bahwa pengetahuan ilmiah dan teori-teori berubah sepanjang waktu
selama informasi-informasi yang lebih banyak dan lebih baik diperoleh.
Dalam pengajaran sains, ada enam buah keterampilan proses dasar
yang perlu diajarkan kepada murid. Keterampilan-keterampilan proses merupakan
bagian-bagian yang membentuk landasan metode-metode ilmiah. Keenam
keterampilan tersebut yaitu: pengamatan (observation); pengomunikasian
(communication); pengklasifikasian (classification); pengukuran
(measurement); penyimpulan (inference); dan peramalan (prediction).
Keenam keterampilan di atas terintegrasi ketika seorang ilmuwan
merancang dan mengadakan sebuah eksperimen. Enam keterampilan dasar di atas
sangat penting dalam kedudukannya sebagai keterampilan mandiri sebagaimana
pentingnya ketika berkedudukan sebagai keterampilan terintegrasi. Pendek kata,
belajar sains adalah belajar keterampilan berpkir dan bertindak ilmiah.
Sementara itu, metode sains untuk prasekolah berarti seorang guru
harus mendorong dan membiasakan anak untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
jawaban. Menggunakan metode sains artinya memusatkan perhatian pada apa yang
akan terjadi, membuat prediksi, bahkan bagi anak-anak prasekolah dengan
aktivitas menebak mereka. Guru dapat membantu anak-anak mempelajari metode ini
setiap kali guru membacakan atau memberi anak-anak cerita. Cara itu dilakukakan
dengan menanyakan kepada mereka: “Kira-kira, apa yang akan terjadi
berikutnya?”, atau, “Apa yang terjadi pada halaman berikutnya?”
Meskipun aktivitas-aktivitas itu dilakukan oleh anak-anak usia
prasekolah, tetapi mereka telah belajar melakukan aktivitas-aktivitas penelitan
sekaligus berinteraksi dengan keterampilan proses sains. Anak-anak harus
mendapatkan kesempatan untuk mengatakan gagasan mereka dan pikiran mereka
sebagai wujud dari sebuah dugaan-dugaan sebelum memulai aktivtas sains.
Saat memberikan kegiatan, guru tidak diperkenankan terlalu banyak
bicara dan membiarkan anak-anak mengolah hipotesis, pernyataan tentang apa yang
mereka pikirkan atau yang mereka pikir akan terjadi. Tugas seorang guru
hanyalah menanti anak-anak memformulasikan gagasan mereka. Aktivitas ini akan
menjadi kebiasaan jika guru membiasakannya. Ketika anak-anak menemukan serangga
di tempat mereka bermain dan mereka bertanya kepada guru, “Apa itu?” maka guru
akan mengatakan, ”Menurutmu itu apa? Apa yang dilakukannya? Di mana kamu
menemukannya, di rerumputan atau di tanah?” Doronglah mereka untuk mengenali
atau membangun simpanan ilmu pengetahuan mereka tentang serangga tersebut. Pada
saat yang lain, anak-anak mungkin menginginkan guru menjadi sumber informasi
bagi mereka. Ketika hal tersebut terjadi, jawablah pertanyaan atau bantulah
mereka menemukan jawabannya di buku.
Kemudian dalam hal ini, bagian yang amat penting dalam metode sains
adalah mengulang percobaan yang yang memberikan hasil yang sama. Bisakah anak
yang lain memperoleh hasil yang sama? Ketika guru dan anak-anak melakukan
percobaan mencampur warna, guru menunggu seorang anak untuk menemukan bahwa
mencampur warna biru dan kuning membentuk warna hijau. Anak yang lain
berteriak, ‘Hei, punyaku juga berubah menjadi hijau! Bagaimana denganmu
Mustafa? Bagaimana denganmu Latifah?” Anak-anak belajar bahwa sains bukanlah
sihir ketika mereka membuat sesuatu terjadi dan dapat mengulanginya kembali
berulangkali. Hasil yang mereka dapatkan bukan karena guru mempunyai kekuatan
khusu atau karena guru mengatakan mantera, tetapi karena sifat dari bahannya.
Peristiwa itu akan selalu terjadi setiap kali guru melakukan hal yang sama.
Tunjukkan hasil yang berulang ini kepada mereka selama percobaan sains karena
mereka mungkin terlalu sibuk dengan bahan-bahan percobaan sehingga tidak
memperhatikan apa yang orang lain lakukan.
No comments:
Post a Comment